Part 30: Tau

13.1K 697 87
                                    

Happy Reading....
.
.
.
.
.
.

Pagi hari. Masih terasa menyebalkan bagi Sean. Mual-mual tapi tidak ada yang keluar sama sekali. Kalau begini terus mungkin Sean tidak akan bisa beraktivitas seperti biasa.

Ella dengan setia memijat tengkuk Sean. Sejak semalam, sudah berkali-kali Sean muntah dan selalu Ella yang membantunya ke kamar mandi. Terkadang Sean merasa kalau ia terlalu merepotkan Ella.

"Udah?" Tanya Ella ketika Sean berhenti mual-mual.

"Bentar" jawab Sean dengan nafas ngos-ngosan.

Semalam Sean sudah menjalani pemeriksaan. Dan hasilnya baru keluar nanti siang. Sean harap dokter cepat mengetahui penyakitnya dan segera diobati. Sean benar-benar tidak betah. Sean berpikir bagaimana wanita hamil bisa betah merasakan mual dan pusing yang hebat selama 9 bulan lamanya? Kalau Sean mungkin akan mati pada saat itu juga.

Sean berusaha bangkit. Ella langsung membantunya untuk berdiri. Ella memegang tiang infus Sean dan mendorongnya dengan tangan kirinya sedangkan tangan Kanan ia gunakan untuk merangkul pinggang Sean.

Tangan Sean merangkul bahunya. Dan itu benar-benar berat. Ella sudah seperti melayani bayi besar. Tapi ini semua tak sebanding dengan yang Sean lakukan ketika ia sakit. Sean justru berkorban lebih banyak.

Ella membantu Sean naik ke atas ranjang. Lalu melepaskan sandal yang Sean kenakan dan menata bantal agar kepala Sean tidak sakit.

Saat Ella meminta Sean untuk berbaring. Sean menolaknya, Sean ingin bersandar dan mengobrol dengan Ella. Ella pun akhirnya menurut saja. Ella duduk di atas pinggiran ranjang Sean atas permintaan lelaki itu.

"Kamu keliatan capek banget" Ujar Sean.

Ella tersenyum singkat. "Itu karena aku kurang tidur" jawab Ella.

"Tapi kamu masih keliatan cantik" goda Sean.

"Apaan sih Kak" Ejek Ella. Sudah biasa Sean mengatakan itu ketika mereka baru bangun tidur. Jadi mendengarnya sekarang masih terasa aneh di telinga Ella.

Mereka sejenak saling bertatapan. Sean melihat mata Ella yang seperti sedang menyimpan kesedihan. Begitu teduh. Tidak seperti biasanya.

"Apa Kakak nggak takut kalau ternyata Kakak punya penyakit serius? Aku bingung karena Kakak harus menjalani beberapa tes" Ucap Ella.

"Nggak. Justru aku pengen cepet tau. Ternyata sakit itu menyiksa banget. Aku nggak tau gimana rasanya jadi kamu saat kamu meregang nyawa karena laki-laki brengsek bernama Gio itu. Apalagi kamu sampai di operasi" Sedih rasanya mengingat apa yang Ella alami saat itu.

Ella menghela napasnya.

"Jadi perempuan itu berat banget Kak. Kita harus jadi korban untuk keegoisan seorang lelaki. Aku nggak setuju kalau derajat laki-laki lebih tinggi di banding perempuan dalam pernikahan. Karena kalau di lihat-lihat, perempuan lah yang paling menderita. Hamil, melahirkan, mengurus anak, belum lagi kalau laki-lakinya brengsek dan berpaling ke perempuan lain. Itulah kenapa kebanyakan korban kejahatan itu adalah perempuan" Ucap Ella.

Sean terdiam mendengar itu. Tangannya meraih tangan Ella dan menggenggamnya. Ella menatap genggaman tangan itu.

"Kamu tau aku nggak akan seperti itu kalau jadi suami kamu. Aku nggak tau harus berapa kali lagi aku bilang kalau aku cinta mati sama kamu" Ucap Sean sambil tersenyum menenangkan.

"Kalau begitu kenapa Kakak tidak menceraikan Kak Luna aja? Aku udah 20 tahun, aku rasa aku udah cukup umur untuk menikah" Ujar Ella.

Sean tersenyum lebar. "Kamu mau nikah sama aku? Seriusan?"

Obsessed With You #Seri 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang