Part 9: unknown

24.1K 798 11
                                    

Jangan lupa Vote dan Komen ya guys! Vote dari kalian sama aja menyemangati aku untuk cepet update. Jangan malas vote biar aku nggak malas update juga!

Happy Reading...
.
.
.
.
.
.

08.09 AM.

Ella sudah bersiap untuk kuliah. Gadis berumur 19 tahun itu sudah mengenakan pakaian rapi, hanya kemeja panjang dan celana jeans, Tapi tetap terlihat stylish jika Ella yang memakai.

Ella memang kurang suka memakai pakaian mahal. Karena Ella yang hidup susah setelah ibu dan ayahnya meninggal, dan karena memang Ella tidak menyukai barang-barang mahal. Menurut Ella membeli barang mahal tidak ada gunanya. Lebih baik digunakan untuk hal lain saja.

Ella menggerai rambut cokelatnya, Ella selalu menggerai rambutnya ketika keluar rumah, Kecuali di rumah. Tapi kata orang-orang Ella lebih cantik jika rambutnya di kuncir, tapi Ella tidak percaya diri.

Ella keluar kamar, tak lupa untuk mengunci pintunya. Saat ia keluar kamar, ternyata Sean juga baru saja keluar dari ruang kerja. Ruang kerja Sean bersebelahan dengan kamar Ella. Entah sedang apa Sean pagi-pagi keluar dari ruang kerja.

"Pagi Ella. Gimana? Kamu udah baikan?" Tanya Sean sambil berjalan menghampiri gadisnya itu.

Ella dua hari sempat demam tinggi karena sekarang sedang pergantian cuaca. Sean merawat Ella dengan baik. Ella meminta Sean untuk tidak bilang kepada Luna karena Ella ingin menjaga jarak untuk sementara.

Sean bahkan sudah 2 hari mengambil cuti hanya untuk menemani Ella dan memastikan kondisi adik iparnya itu. Ella pun sedikit tersentuh karena perlakuan Sean kepadanya. Itu berarti Ella lebih penting daripada pekerjaan Sean. Ahh... Jangan berlebihan Ella!

Sean menyentuh dahi Ella dengan punggung tangannya. "Udah baikan. Mau langsung kuliah? Kenapa nggak istirahat buat sementara? Aku bisa minta izin ke kampus kamu kalo kamu mau" Tawar Sean.

Ella menggeleng pelan. Meskipun badan Ella masih meriang, tapi Ella tidak mau ketinggalan materi, karena sudah hampir setengah tahun ia masuk kuliah, materi sama sekali belum masuk ke dalam otaknya. Apalagi kuliah jalur hukum sangat susah. Ella harus mewujudkan impiannya selama ini.

"Aku nggak papa kok Kak. Udah mendingan" jawab Ella.

Ella celingak celinguk mencari keberadaan Luna. Di bawah pun sepertinya tidak ada orang karena bagian dapur bisa terlihat dari lantai dua.

"Kak Luna?"

"Udah berangkat tadi, tadi di jemput temennya kesini" jawab Sean.

"Temen? Cewek atau cowok?"

Sean tertawa renyah. "Cewek kok tenang aja. Aku udah siapin sarapan buat kamu. Ayo turun"

Ella menghela napas. Ella benar-benar akan melabrak Luna kalau sampai kakaknya itu mengajak lelakinya kesini.

Ella mengikuti Sean dari belakang menuruni tangga. Sean sudah wangi, rambutnya masih basah. Mungkin lelaki itu baru saja mandi. Tapi jujur Ella suka dengan aroma tubuh Sean, Aroma tubuh Sean sama persis dengan mendiang Papa Ella. Ketika Ella merindukan Papanya, aroma Sean selalu mengobati rasa rindunya.

Ella dulu memang lebih dekat dengan Papanya, berbeda dengan Luna yang sangat dekat dengan Mamanya. Jika dibandingkan, dulu Luna lebih dsayang oleh orang-orang disekitarnya, kemauan Luna selalu dituruti oleh semua orang. Berbeda dengan Luna, Hanya Papanya yang selalu ada dan menuruti keinginan Ella.

Iri? Tentu saja. Ella sempat berfikir bahwa dia bukan anak kandung orang tuanya karena diperlakukan berbeda. Ella iri terhadap Luna, Luna mendapatkan semuanya, kemewahan, kasih sayang, dan percintaan yang selalu berjalan mulus. Tapi Ella sadar ketika kedua orang tuanya meninggal, Luna bekerja mati-matian untuk mencukupi kebutuhan mereka. Membayar uang sekolah Ella dan juga berusaha agar Ella tidak kekurangan apapun. Semenjak itu Ella menjadi sangat sayang terhadap Luna.

Obsessed With You #Seri 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang