Part 52: Bukti

7.7K 489 73
                                    

HAPPY READING>>>>
>
>
>
>
>
>

Pukul 9 pagi...

Seorang Lelaki sedang duduk sendirian di depan makam dengan keadaan yang sangat kacau. Kantung mata yang menghitam serta pakaian yang acak-acakan. Sejak pagi ia berada di makam itu, meratapi kuburan itu dengan perasaan campur aduk.

Ia bahkan tak peduli ketika hujan mengguyur tubuhnya serta terik matahari yang seolah-olah membakar kulit putihnya. Tangannya menggenggam sebuah bunga yang sudah layu karena kepanasan. Setidaknya sudah 4 jam ia duduk di sana tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Ia pun kembali tersadar, cukup sudah mengingat kenangan-kenangan indah yang ia lalui bersama seseorang yang kini sudah terbaring di bawah tanah itu. Ia menabur bunga, dan berdoa semoga mendiang selalu diberi kebahagiaan di dunia yang berbeda.

"Apa kabar Kak?" Gumam lelaki itu.

Air matanya jatuh membasahi pipinya. Bibirnya yang biasanya memerah, kini tampak begitu pucat, pipinya juga semakin tirus karena jarang makan.

"Setahun gue nggak datang ke makam lo. Lo masih ingat gue?" Lirihnya.

"Gue kangen sama chesee cake yang dulu lo selalu buat waktu gue dapat juara kelas. Umur gue udah 20 tahun sekarang, nggak nyangka ya. Padahal terakhir lo ninggalin gue, waktu gue masih baru masuk SMA. Lo yang pertama antar gue ke sekolah waktu itu"

Tangannya meremas tanah yang basah karena terkena hujan. Ia menangis sesenggukan, ia hampir lupa kalau ia mempunyai Kakak perempuan, karena ia terlalu sibuk dengan dunianya.

Dari dulu ia tak pernah berani memanggil Kakaknya dengan sebutan 'lo-gue'. Karena Kakaknya selalu marah ketika ia menguncapkan kata-kata kasar. Dulunya ia selalu membangkang ucapan kedua orangtua ataupun Kakak-kakaknya yang lain. Tapi dengan didikan keras Kakak perempuannya, ia tak pernah lagi membangkang, hingga Kakaknya meninggal dunia. Ia kembali menjadi sosok yang buruk lagi.

"Apa gue boleh panggil lo dengan sebutan 'Sandra' sekarang? Karena gue nggak pernah panggil mereka dengan sebutan 'Kakak'"

Hening....

Selama beberapa menit, lelaki itu terdiam. Ia menahan tangisnya sekuat tenaga, agar tak mengundang perhatian pengunjung lainnya.

"Nggak boleh ya? Lebih baik jangan, bisa-bisa lo pukul gue waktu gue udah nyusul lo" lanjutnya.

Ia mengambil sesuatu di kantung kresek yang ada di sampingnya. Mengambil sebuah kotak kue yang sudah tak beraturan bentuknya akibat hujan tadi. Isinya adalah kue. Kue ulang tahun yang hampir hancur bentuknya.

"Hari ini gue ulang tahun, itu berarti, udah hampir 4 tahun lo ninggalin gue, dan Mama"

"Gue mau ngerayain ulang tahun gue sama lo. Mama kemarin bikin kue khusus buat ulang tahun gue. Tapi gue nggak mau nangis di depan Mama. Ini tetap Austin yang sama, Austin yang sering nangis dan Austin yang sering bikin masalah"

Austin, sudah setahun yang lalu ketika ia memutuskan untuk menghapus kenangan-kenangan bersama Cassandra. Tetapi hari ini, ia kembali untuk sekedar menanyakan kabar meskipun ia tahu, Kakaknya tak akan melihatnya. Ulang tahun yang biasanya ia rayakan bersama orang-orang yang ia cintai, kini ia merasa hampa. Hampa karena ia merasa begitu kehilangan, lagi.

"Gue masih ingat, lo selalu bela Papa ketika Papa berantem sama gue, Sean, Mama, ataupun Vero dan Justin. Lo selalu bela Papa, tanpa alasan. Meskipun lo tau Papa yang salah. Sampai sekarang gue masih nggak ngerti kenapa lo melakukan hal bodoh itu"

Suaranya berubah serak.

"Oh, sekarang gue ngerti... Karena lo sayang sama Papa. Papa adalah seseorang yang paling lo sayang dan lo banggakan. Semua yang lo lakukan adalah demi melihat Papa bangga...." Austin menjeda kalimatnya.

Obsessed With You #Seri 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang