Part 40: Hope

16.5K 583 37
                                    

Happy Reading...
.
.
.
.
.
Rumah, Jam 11.24 pagi.

Kini mereka sudah kembali ke rumah. Mereka baru saja sampai di rumah. Ella berjalan mendahului Sean, Sean membawa koper mereka ke dalam rumah. Rumah terlihat sangat sunyi, karena saat Sean dan Ella berlibur, hanya ada sopir dan satpam yang tinggal di sini.

Karena Ella sedang hamil dan Sean juga bekerja. Sean berniat untuk mencari pelayan untuk membantu pekerjaan rumah. Tapi Ella selalu berkata tidak perlu, sampai saat ini pun Ella masih sering melakukan pekerjaan rumah, tentunya tanpa sepengetahuan Sean.

"Kamu capek? Mandi dulu sana nanti aku bawain makanan ke atas" Suruh Sean saat melihat Ella tergeletak di sofa ruang tamu dengan posisi tertidur.

"Habis ini pijetin ya. Badan aku capek semua" keluh Ella.

"Iya. Mandi dulu biar fresh" Ucap Sean.

Ella justru menguap cukup keras. Matanya sangat mengantuk tapi Ella tidak ingin tidur. Setelah ini Ella ingin membersihkan tanaman di taman. sekarang itu sudah menjadi hobi baru Ella di tengah-tengah rasa bosannya. Ternyata merawat tanaman lumayan menyenangkan juga.

"Aku mau bawa barang-barang kamu ke atas. Istirahat bentar habis itu mandi. Kalo kamu nggak mandi nanti badan kamu malah pegel-pegel" peringat Sean.

"Iya! Bawel banget sih Kak!" Kesal Ella.

Sean tertawa pelan. Sekarang Sean memang lebih over kepada Ella. Meskipun sejak dulu begitu, tapi Sean benar-benar menjaga gadis itu dengan baik. Meskipun Ella terkadang memarahinya dan bilang kalau tidak suka di atur-atur. Tapi selama itu demi kebaikan Ella, Sean tak akan peduli.

Sean naik ke atas, lelaki itu menata baju-baju Ella yang masih bersih di kamar Ella. Lelaki itu menaruh satu-persatu,  setelah selesai, Sean meletakan baju-baju kotor di dalam keranjang kamar mandi.

Sedangkan Ella masih terbaring di sofa ruang tamu. Ella melamun sambil matanya tertuju pada sebuah bingkai foto besar yang di pasang di tembok. Orang-orang di dalamnya tampak bahagia dengan senyuman lebar dan merekah.

Foto dimana kondisi terlihat sangat baik-baik saja. Apalagi dua orang yang sama-sama mengenakan baju pengantin itu. Sorot mata yang terlihat bahagia nampak di mata mempelai perempuan. Sedangkan sang lelakinya juga ikut tersenyum tapi terlihat terpaksa.

Sebuah pernikahan, yang ia pikir akan menjadi awal kebahagiaan di kehidupan barunya. Tapi justru sebaliknya, pernikahan itu sebenarnya tidak nyata sejak awal. Dan itu lah awal dari kehancuran hidupnya dan kakaknya. Tidak, apakah hidup Ella benar-benar hancur?

"Jangan pernah menyalahkan aku karena aku lebih memilih Sean Kak. Kakak yang lebih dulu meninggalkan aku" gumam Ella sambil terus menatap foto mempelai perempuan.

Satu bulir air mata menetes di pipinya. Ella tak menangis, hanya saja saat ini hatinya terasa sakit.

"Dimanapun Kakak berada. Aku cuma berharap Kak Luna menemukan kebahagiaan Kakak sendiri. Aku harap Kak Luna bisa hidup bahagia meskipun tanpa aku" lanjut Ella.

Tangannya mengepal erat. Gadis itu akhirnya membalikan badannya menghadap sofa dan menangis dalam diam. Rasa rindu kepada Kakaknya membuat Ella hampir gila. Ella hanya tak mau Sean tau kalau ia masih mengharapkan Luna kembali. Bagaimanapun juga Luna adalah Kakaknya. Ella teramat sangat merindukannya.

Jika Ella mengungkit Luna kembali kepada keluarga Sean, maka keadaan akan berbeda. Ella hanya berpura-pura tegar, padahal dirinya rapuh.

Ia pikir berlibur di Villa dan menikmati pemandangan alam yang indah membuat Ella melupakan rasa kehilangannya kepada Luna. Benar, Ella memang sejenak bisa melupakan itu, tapi ketika Ella menginjakan kaki di rumah ini kembali, Ella langsung teringat dengan Kakaknya.

Obsessed With You #Seri 1 (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang