Jam sarapan berakhir pukul sepuluh. Artinya Widi hanya punya waktu sekitar delapan puluh menit untuk menghabiskan makanan.
Dia hampir menjatuhkan dua piring saat melihat Cassandra membuka kancing dress lalu mengeluarkan buah dada. Hanya sebentar sebab mulut Lithania menutupi putingnya. Widi bertanya-tanya kenapa Cassandra tidak menutupi dengan kain atau sejenisnya. Ketika anugerah sekaligus musibah itu terhidang, kesehatan Widi terganggu. Benar kan, kerongkongannya mengering dan isi otaknya serasa berceceran ke piring menjadi topping nasi goreng. Widi ingin menghindar dari zina mata. Tatapannya mengedar tetapi tak menemukan meja kosong. Kalau bisa pindah, dengan senang hati dia akan pindah.
Tetapi, mengingat Hotel Magnificent Uluwatu adalah hotel berbintang empat dan banyak tamu dari berbagai penjuru dunia datang, apalagi yang Widi harapkan? Pemandangan perempuan bergamis dan bercadar? Perempuan bule malah berpakaian lebih gila. Celana super pendek yang balapan dengan celana dalam dipadu tank top. Widi hanya bisa geleng-geleng kepala.
Bukankah Tuhan tidak akan mencobai umat-Nya melebihi kemampuan? Anggap saja ini ujian. Kaki Widi serasa menginjak bara saat melangkah semakin dekat meja.
"Ini sarapanmu," ujar Widi sambil meletakkan piring berisi sayuran dan omelet.
"Terima kasih, Widi."
Cassandra tampak kesulitan makan dengan satu tangan sementara tangan lainnya menggendong Lithania. Sesekali dia mengusap rambut putri kecilnya. Mengajaknya tersenyum dan berbicara.
Widi menyuapkan nasi goreng ke mulutnya dengan berbagai perasaan berkecamuk. Rumah tangga Hamizan dan Cassandra bukanlah urusannya. Jadi kenapa dia penasaran sekali?
“Cassandra,” kata Widi berhati-hati. Wanita itu menoleh. “Kalau ada apa-apa, kamu bisa hubungi aku.”
“Kamu baik banget, Widi.” Cassandra merapikan rambut yang jatuh menutupi bahu. Samar-samar Widi melihat bekas merah keunguan yang tampaknya sudah lebih dari tiga hari menghiasi leher samping Cassandra. Widi tak sengaja melirik dan mendapati bekas yang sama di dada kanan wanita itu.
"Astagfirullah," desis Widi. Dia ingin percaya bahwa Cassandra baik-baik saja, tetapi kenapa rasanya sulit?
Cassandra menoleh. "Kenapa?"
"Astagfirullah, nasi gorengnya enak banget!"
"Oh ya?" Tanpa sungkan, Cassandra menyendok nasi goreng di piring Widi. Mengunyahnya, mencari-cari rasa enak yang Widi katakan.
"Gimana, enak kan?" tanya Widi yang kaget akan keberanian Cassandra. Dia kemudian meneguk air mineral.
"Biasa aja. Kayaknya pakai keju."
Memang ada lumeran keju blok yang meleleh akibat terkena panas saat proses memasak. Pihak hotel sengaja memodernkan masakan rumahan yang mudah ditemui di pinggir jalan.
"Aku suka nasi goreng pakai potongan cabe merah, bawang putihnya banyak, terus pakai ikan asin. Kecapnya juga yang cokelat. Ini kayak nasi ditumis aja pakai kacang polong, jagung, wortel, dan keju. Kecapnya juga nggak ada."
"Nasi goreng favoritmu dijual di mana?" tanya Widi.
"Dulu pas SD, nasi goreng buatan Mbok Surti. Tapi aku sudah lama nggak makan nasi goreng."
Lithania sudah kenyang menyusu. Sekarang tertidur di gendongan Cassandra. Tanpa risih sama sekali, Cassandra mengancingkan dress-nya. Tentu saja Widi sempat melihat puncak dada merah jambu yang membusung.
"Oh ya? Lama juga. Jadi kamu makan apa sekarang?" tanya Widi menutupi kecanggungan. Ya ampun, di butik hampir semua karyawati menutup aurat. Imannya sungguh tidak terlatih menghadapi ujian sedahsyat ini.
"Kalau pagi sarapan smoothies atau salad dan omelet seperti ini."
"Apa Hamizan melarangmu makan nasi?"
"Nggak kok. Sejak kuliah aku memang jaga timbangan banget. Apalagi setelah buka Venusian Lingerie. Aku modelnya kan."
Fakta yang Widi lupakan. Sekujur tubuh Cassandra harus mulus dan bebas lemak. Lalu bagaimana menyamarkan bekas isapan Hamizan?
"Widi, habis makan aku mau ke pantai. Hamizan sibuk sejak kami datang. Acaranya diundur. Ada sedikit masalah. Apa kamu mau menemaniku?"
"Apa kamu sudah minta izin Hamizan?" Widi tentu saja waswas jika kepergok jalan dengan istri orang.
"Dia tahu aku mau jalan-jalan ke pantai. Aku cuma takut berdua dengan Lithania dan akan sangat menyenangkan kalau ada yang menemani. Kamu mau kan?"
Widi menggaruk belakang kepalanya. Menemani istri orang jalan-jalan apakah tidak akan mengundang fitnah?
"Kenapa kamu tidak balik ke kamar dan menunggu Hamizan?" Widi mengusulkan.
"Aku sudah menunggu dari kemarin, tapi dia sibuk terus. Nggak masalah kalau kamu nggak bisa. Aku bisa sendiri. Cuma takut tersasar aja sih."
Dasar wanita! Ada sebagian dari mereka yang benar-benar kepala batu. Cassandra jelas bukan tipe orang yang betah disekap dalam ruangan.
"Baiklah, aku temani. Tapi dekat sini saja," ucap Widi tegas.
"Kamu baik banget."
Senyum cantik itu lagi. Senyum yang menyebabkan dada Widi bergejolak entah kenapa.
***
Gimana, Sexy Readers, kira-kira Widi dan Cassandra bakal ada affair nggak nih? Tulis di kolom komentar yuk. Ajak temannya buat baca juga yuk mumpung gratis.
Buat yang nggak sabar nunggu posting part selanjutnya silakan ke Karyakarsa. Sudah tamat plus extra part hanya Rp. 29K.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MISTRESS
RomanceCassandra van den Heuvel merebut Hamizan Parama dari Mutiara, sahabatnya sendiri. Mereka menikah dan terlihat bahagia dengan kelahiran Lithania sementara Mutiara wafat meninggalkan Widi, suami barunya. Widi yang masih belum bisa melupakan Mutiara me...