Bab 2

5.4K 279 13
                                    

Hello Readers,

Follow aku yuk, terus klik bintang dulu. Komen yang rame ya. Sayang kalian.

💋 💋 💋 

Perlu waktu tiga hari bagi Widi untuk mengiakan undangan sang rival lama. Rival? Ya, seburuk itulah hubungan Widi dengan Hamizan. Sungguh menggelikan dua laki-laki beradu otot memperebutkan satu perempuan. Mutiara tidak bangga saat tahu Widi berkelahi dengan Hamizan sampai digelandang menuju kantor polisi.

Tetapi bukankah memaafkan adalah tindakan kesatria? Lagipula kehidupan mereka sudah jauh berbeda. Hamizan telah bahagia dengan keluarga kecil barunya. Hanya Widi yang masih bercokol pada masa lalu. Terlalu sulit menghapus kenangan mendiang istrinya.

"Mas Widi tuh butuh liburan. Jangan kerja terus. Almarhumah Kak Mutiara nggak akan senang kalau melihat suaminya begini." Mila menyarankan karena prihatin.

Benar juga. Widi belum pernah berbulan madu setelah menikah. Terlalu sibuk bolak-balik rumah sakit untuk menjaga sang istri yang berobat. Hamizan yang mengirimkan undangan laksana perpanjangan tangan Tuhan. Dan, orang bodoh mana yang sanggup menolak pesona Bali?

Sengaja berangkat sehari sebelum acara, Widi ingin berpiknik di pantai sebagaimana turis lain. Mengepak pakaian seperlunya, Widi hanya membawa satu setel celana bahan beserta kemeja batik berikut satu celana jins dan dua T-shirt katun berwarna cerah yang baik menyerap keringat. Bali disukai turis asing lantaran cuaca panas. Koper Widi siap dinaikkan ke taksi daring yang mengantarkan menuju bandara.

Dalam burung besi, Widi berdzikir sementara penumpang bule di sebelahnya asyik menonton film. Belakangan berita kecelakaan pesawat mewarnai layar televisi. Andaikan malaikat menjemputnya, setidaknya Widi berpulang dalam keadaan merapal nama Allah.

“Bapak dan Ibu yang terhormat, sebentar lagi kita akan mendarat di Bandar udara internasional Denpasar di I Gusti Ngurah Rai.” Suara profesional itu bergaung mengucapkan selamat datang di Pulau para Dewa. 

Bulan madu tanpa pasangan. Widi menggeret koper melintasi jalur kedatangan hingga sampai pintu keluar. Belasan taksi berbaris menawarkan tumpangan. Para pengemudi mengingatkan Widi pada masa-masa sulit merintis Zaitun Collection. Sengaja dia memilih seorang bapak supir yang berambut paling putih. Seharusnya sudah pensiun tetapi masih mencari nafkah. Mungkin untuk membiayai anak yang kuliah, mungkin juga tak punya anak. Entahlah, Widi tak suka usil mencampuri urusan orang.

“Kita ke The Parama Kitchen di Uluwatu.” Widi memperlihatkan peta di ponsel.

“Siap laksanakan, Pak,” Pak supir menjawab dengan logat Bali kental.

Terakhir kali menginjak Bali, Widi masih berada di bangku SMP. Bersama teman-temannya dia menggelar pesta perpisahan. Saat itu menumpang kapal laut sebab jarak Bali memang tak terlalu jauh dari Surabaya. Bali jauh lebih modern sekarang. Tak terhitung jumlah kendaraan serta gedung hotel maupun pusat perbelanjaan.

Memasuki Uluwatu, taksi membelok ke kawasan yang rapat oleh pepohonan. Sinar matahari tersaring sehingga tidak terlalu menyilaukan mata.

“Mobil harus berhenti di sini.” Pak supir menunjuk marka jalan. “Hotelnya di depan, jalan sedikit.”

Widi membayar harga yang tertera di argo kemudian sedikit merasa terpaksa, menggeret koper menuju bangunan putih yang dirancang artistik penuh lengkungan. Napasnya terengah mendaki jalur yang menanjak. Maklum saja dia jarang olahraga dan hanya berkutat dengan kesibukan butik. Widi memegang perutnya di depan lobi untuk menormalkan paru-paru yang serasa akan meledak.

“Pak Widi.” Sebuah suara yang familiar memanggil.

Dan ketika Widi menoleh, sosok jelita itu melemparkan kesadarannya entah ke mana. Dengan rambut bergelombang yang dicat sewarna madu, dada penuh nan sintal yang berbalut tank top dan pinggang ke bawah dililiti kain berumbai khas Bali berwarna pink neon, serta bibir merah merona, Widi harus menundukkan pandangan seraya mengucap istighfar berulang kali.

“Apa Pak Widi mencari sesuatu?” Si jelita menyapa dengan suara yang terdengar geli.

Widi meneguk ludah. Ya Allah, mengapa Engkau memberikan cobaan seberat ini?

***

Hello Sexy Readers,

Sexy Mistress sudah tamat di Karyakarsa. Diskon sampai tanggal 3 Januari 2023 sudah bisa baca sampai tamat plus extra part dari harga Rp.29K jadi Rp. 15K

 15K

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
SEXY MISTRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang