BAB 33

1.2K 132 10
                                    

Hello Sexy Readers,

Klik berlangganan dulu yuk. Komen yang rame ya. Sayang kalian.

💋💋💋 

"Ayo kita jenguk Litha," kata Hamizan sekeluarnya dari ruangan Dokter Munawar. 

Cassandra mengedarkan tatapan ke seluruh ruang tunggu, mencari keberadaan Widi. Laki-laki itu tidak menampakkan bayangannya. 

"Aku mesti ketemu Widi, mengucapkan terima kasih. Kalau saja dia terlambat datang, entah apa yang akan terjadi pada Litha."

Hamizan kesal. Widi lagi-lagi menjadi pahlawan sementara dia adalah pecundang brengseknya. Seharusnya dia juga berterima kasih atas pertolongan Widi ketika dirinya sendiri berasyik masyuk dengan Angela. Namun, Hamizan terlalu gengsi. 

"Ya sudah, kamu cari Widi. Aku urus administrasi Litha."

Melalui keterangan pada peta rumah sakit, Cassandra berhasil menemukan poster besar muslimah mengenakan gamis produksi Zaitun Collection. Kerumunan pembeli memadati stand. Widi menjalankan strategi diskon besar-besaran. Cara lama itu selalu manjur menarik konsumen. Di samping potongan harga, tentu saja juga mendengungkan program amal. Separuh dari keuntungan penjualan akan disumbangkan kepada rumah sakit. Pernyataan itu tertulis besar-besar di banner yang berdiri di depan aula.

Cassandra mengamati dari jarak dua meter. Cukup dekat untuk menangkap segala kesibukan Widi melayani pelanggan, juga cukup jauh untuk tidak mengganggunya. Hamizan tengah mengurus administrasi Lithania. Kalau bisa akan membawanya pulang sore ini. Cassandra menyelinap sejenak untuk menyapa Widi.

Zaitun Collection mungkin tidak merancang lompatan besar. Widi selalu berhati-hati. Semua rencananya wajar menapak bumi, bukan terbang mengangkasa ke bulan. Pada saat merek lain menggunakan promosi bombastis, Widi tak terpengaruh. Buktinya, pelanggan tetap menyukai produknya. Sekitar setengah jam Cassandra menunggu sampai kepadatan terurai. Ibu-ibu menenteng paper bag berlogo Zaitun Collection melewati Cassandra. Puas memborong barang berkualitas dengan harga miring. Widi mendongak dan tatapannya bertemu dengan tatapan penuh kesedihan Cassandra. Widi keluar dari kungkungan rak, menyongsongnya.

“Hai, Cass,” sapa Widi sembari memasukkan kedua tangan ke saku celana. Bukan, dia bukan ingin terlihat tidak sopan, tetapi semua dilakukan untuk menyembunyikan kegugupan. Cassandra yang menderita mengusik naluri laki-lakinya. 

“Wid, pameranmu sukses ya,” sahut Cassandra dengan senyum dipaksakan.

“Terima kasih.” Widi menahan diri agar tidak membusungkan dada di hadapan orang yang tengah berduka.

"Kamu pernah janji mau mengajariku trik promosi kan." Cassandra mengingatkan. 

"Dengan senang hati, Cassandra."

Dan hening. Untuk beberapa detik mereka hanya berdiri tanpa suara. Sampai akhirnya Cassandra terlebih dahulu mencairkan kebekuan.

“Aku cuma mau meminta maaf.”

“Mengenai apa?”

“Hamizan –”

Widi menyela dengan anggukan. Pertemuannya dengan Hamizan singkat-singkat saja. Namun dia sudah dapat menilai karakternya dengan tepat. “Tidak apa-apa, lagipula Hamizan memang ayahnya.”

“Kamu nggak marah?”

“Kenapa aku harus marah?”

Cassandra mendesah lega. Setidaknya satu beban berkurang. “Kalau gitu aku balik. Sore ini kami akan pulang.”

“Apa Lithania sudah sehat?”

Tidak, keadaannya akan memburuk jika tidak ada cara untuk mendapatkan donor sumsum yang sesuai. Namun Cassandra mengangguk. “Ya, dia sudah membaik.”

SEXY MISTRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang