Bab 7

2.5K 197 17
                                    

Hello Sexy Readers,

Follow aku yuk, terus klik bintang dulu. Komen yang rame ya. Sayang kalian.

💋 💋 💋 

Two pieces bikini merah tampak kontras dengan kulit putih Cassandra. Tungkai jenjang, pinggang melekuk cantik, serta perut datar mempesona siapa pun. Guratan stretch mark bekas mengandung tercetak tipis di bawah pusar. Semasa hamil, Cassandra rajin merawat kulit perut sehingga tidak terlalu kentara. 

Tawa senang bergaung di angkasa. Sepasang anak perempuan berusia lima dan enam tahun bermain lempar tangkap bola. Anak lain berkejaran keluar masuk gua, mengelilingi tebing karang eksotis.

Perlahan dan penuh percaya diri sembari mendorong kereta Lithania, Cassandra mendekati Widi. Jejak telapak kakinya membekas di pasir. Dia melintangkan tangan di atas alis. Agak jauh di tengah laut, peselancar asyik berburu ombak.

Widi tetap mengenakan celana panjang dan T-shirt. Mati gaya karena tak dapat berbuat apa-apa selain menonton Cassandra berselonjor membalurkan tabir surya. Dia mengusap lengan dengan lembut. Dadanya juga dia oleskan krim harum itu. Berikutnya perut, kemudian paha dan tungkai. Cassandra sudah bersiap untuk berlibur. Malangnya Hamizan justru sibuk bekerja.

"Aku pengen berenang."

Pikiran Widi kembali ke alam nyata setelah tadi sempat mengawang.

"Kamu mau berenang?" ulang Widi.

"Ya. Aku titip Lithania. Tadinya aku mau ajak dia jalan-jalan di pantai. Kasihan sih sehari-hari aku titipin di day care. Cuma, lautnya cantik banget. Sayang kalau aku nggak berenang. Oh ya, Wid, ada botol ASI. Kalau dia menangis, tolong diminumkan."

Jadi Cassandra punya maksud terselubung kenapa meminta Widi menemani. Ternyata untuk dipekerjakan sebagai baby sitter dadakan. Wanita cantik sungguh berbahaya. Tanpa sadar laki-laki teperdaya.

"Kamu mau berenang di laut?" tanya Widi.

"Kenapa mukamu khawatir begitu? Di sini aman, nggak ada hiu seperti di film. Lihat saja bule-bule berselancar."

Haruskah Widi melarang? Bagaimana kalau terjadi apa-apa seperti tersengat ubur-ubur atau tenggelam? Belum sempat mengatakan sesuatu, Cassandra sudah melesat cepat, berlari dan menceburkan diri ke air.

Widi geleng-geleng kepala. Tidak mungkin menyusul dan meninggalkan Lithania di pantai.

"Mama kamu memang susah diatur. Apa papamu nggak pusing?" bisik Widi. Lalu dia menduga, jangan-jangan karena itulah Hamizan memukuli Cassandra. Ah, kenapa dia jadi khawatir?

Wajah Lithania berkerut seperti tidak terima ibunya dikritik. Sedetik kemudian dia mengerang, disusul erangan lain, lalu pecahlah tangisnya. Bencana. Widi menepuk kening. Mengikuti instruksi Cassandra, dia jejalkan dot ke mulut Lithania. Bayi itu melengos. Tangisnya sekarang meraung. Terpaksa Widi mengangkatnya. Bajunya kering. Mungkin punggung Lithania kepanasan. Maka digendongnya bayi itu dengan posisi berdiri.

"Sayang, sayang... Sabar ya. Mama kamu lagi berenang."

Widi berjalan mondar mandir di sekitar kereta dorong. Entah karena mulai nyaman atau lantaran mulai bosan, tangisannya reda malah dia tertidur di dada Widi. Widi mengusap punggung si bayi. Aroma susu bercampur minyak telon dan bedak tercium menyenangkan. Widi mengecup kepala Lithania.

"Jadi kalian di sini."

Suara itu lagi. Widi mengenalinya. Ketika berbalik mendapati Hamizan berkemeja formal dan bercelana panjang. 

"Biar kugendong." Hamizan mengulurkan tangan menyambut Lithania yang diserahkan Widi.

"Bagaimana kabar chef-mu?" tanya Widi.

SEXY MISTRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang