Bab 16

1.7K 160 8
                                    

Hello Sexy Readers,

Follow aku yuk, terus klik bintang dulu. Komen yang rame ya. Sayang kalian.

💋💋💋 

Acara pembukaan The Parama Kitchen berlangsung tanpa kendala. Penyanyi nasional yang didapuk menghibur para tamu penting melantunkan lagu hits. Semua orang puas, terutama setelah mencicipi menu andalan berupa seafood hasil racikan Hamizan bersama chef tetap restoran. Kerja kerasnya hampir dua tahun menyiapkan semua agar sempurna terbayar sudah.

Hamizan menyempatkan mengunjungi pusat oleh-oleh untuk membeli beberapa lembar kain Bali dan perhiasan perak untuk Cassandra. Bagi karyawan The Parama Kitchen Jakarta dan Venusian Lingerie, dia membelikan pie susu dan kacang Bali yang tersohor itu.

Cassandra sedang ngambek. Semua pesan yang dia kirim tidak satu pun dijawab. Yah, dia sadar telah kelewatan, terlalu larut mempersiapkan restoran barunya. Mau bagaimana lagi? Dia berutang janji pada investor. Ditambah lagi chef-nya mengalami insiden kecil. Tetapi Hamizan yakin, istrinya tidak dapat terlalu lama marah-marah. Dia tahu bagaimana cara mengakhiri suasana panas lantas menggantikan dengan gairah yang memanaskan ranjang. Bibir Hamizan terangkat penuh percaya diri. Sebelum pulang sengaja berbelanja banyak lilin aroma terapi untuk melengkapi malam penuh romansa. Cassandra itu mudah diluluhkan. 

Kini di bandara I Gusti Ngurah Rai, Hamizan membuka kotak berisi seperangkat perhiasan perak yang nanti akan dia persembahkan untuk Cassandra. Tersenyum-senyum sendiri membayangkan reaksi wanitanya. Hamizan kemudian menutup kotak itu lalu merogoh saku kemeja. Mama is calling.

“Asalamualaikum, Ma.”

[Waalaikumsalam. Mizan, kamu di mana?] 

“Masih di bandara Bali. Dua jam lagi sampai rumah. Kenapa, Ma?”

[Kamu mesti beli baju baru buat istrimu. Bajunya kurang bahan semua.]

Tawa Hamizan meledak. Cassandra memang seksi dan dia selalu suka. Pelayanan di ranjang juga memuaskan. Jadi, kenapa harus berubah?

“Cassandra bukan Mutiara, Ma. Mama juga nggak suka sama Mutiara kan?”

Meski berkata dengan nada pelan, tak ayal kata-kata Hamizan menohok Fatma. Maka Hamizan mendengar suara hela napas di seberang sana.

[Mama kemarin datang ke rumah kalian, meja tamunya berdebu lho, Zan. Kan nggak bagus buat pernapasan. Mana istrimu kasih Mama sarapan pizza kemarin. Nggak bisa masak sama sekali, hanya bisa bikin smoothies.]

“Kan bagus, Ma. Makanan sehat. Ya sudah, nanti saya pulang ini langsung bebersih ya.” Hamizan awalnya berencana segera tidur sebab badannya sudah lelah dan tulang-tulangnya serasa nyaris patah. Tidak apa lah hari ini dia mengalah untuk menebus rasa bersalah.

[Kenapa jadi kamu yang bebersih? Kan kamu baru pulang, pastinya capek. Mestinya Sandra yang melakukan kalau nggak ada pembantu. Jangan mau dijajah istri, Zan. Kamu ini selalu lembek.]

“Tidak masalah, Ma. Tugas suami-istri memang saling bantu kan?”

[Terserah kamu lah, yang penting kamu pulang dengan selamat. Asalamualaikum.]

“Walaikumsalam, Ma.”

Baru saja Hamizan hendak memasukkan kembali ponsel ke dalam saku kemeja, benda itu berdering lagi. Kali ini My beloved wife is calling.

“Halo, Sayang. Akhirnya kamu menelepon. Kenapa chat dariku nggak kamu balas?”

[Ham, kamu bisa memulangkan Mama sekarang kan?]

Cassandra tidak menjawab alasan mengabaikan pesan Hamizan, malah memintanya memulangkan Fatma. Drama mertua dengan menantu perempuan sepertinya bukan hanya di sinetron saja.

SEXY MISTRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang