Hello Sexy Readers,
Klik berlangganan dulu yuk. Komen yang rame ya. Sayang kalian.
💋💋💋
Cassandra mengirimkan banyak sekali pesan WhatsApp ke nomer Hamizan. Semuanya hanya centang satu.
Widi duduk di bangku menemani Cassandra. Menghadapi wanita itu dalam periode terapuhnya jauh lebih sulit daripada menghadapi keseksiannya. Sebab, melihat wanita cantik dengan buah dada tumpah ruah tidak membangkitkan rasa kasihan. Widi tidak tahan pada air mata. Perempuan yang duduk di sampingnya menangis tanpa suara, mengelap air mata dengan tisu yang sama sampai kumal.
Untuk mengatasi kecanggungan, Widi mengirimkan chat pada Mila dan Rini. Rini sudah siap di aula RSKS membawa barang-barang keperluan pameran sesuai petunjuk. Mila jaga gawang di butik Zaitun Collection.
“Kalau kamu sibuk, tinggal aja aku di sini. Nggak pa-pa kok,” ucap Cassandra.
“Tidak masalah. Ada Rini yang mengurus semuanya. Paling nanti aku ke aula untuk mengecek.”
Cassandra pernah bertemu Rini saat melayat Mutiara. Karyawati bertubuh mungil yang sepertinya akan kesulitan mengerjakan semuanya sendiri.
“Kamu bantuin Rini saja, Wid,” Cassandra setengah mendesak. “Pameranmu kan penting.”
“Tentu saja kamu dan Lithania lebih penting,” sergah Widi. Wajahnya memerah menyadari ucapannya bisa disalah artikan. “Maksudku, ini urusan nyawa, Cas. Pameran bisa diulang kapan-kapan. Tetapi aku nggak mau merasa bersalah kalau terjadi apa-apa sama Litha. Maaf, bukannya aku mendoakan jelek.”
Cassandra tidak tahu harus mengatakan apa untuk berterima kasih. Dia hanya dapat termangu sembari menatap Widi. Lama mereka berpandangan tanpa berkedip. Tanpa kontak fisik, tanpa sentuhan sama sekali sampai sebuah dehaman mengejutkan mereka dan akhirnya keduanya sama-sama buang muka.
Dokter Munawar sudah datang. Saat melintasi deretan bangku tempat Cassandra duduk, beliau tersenyum.
“Bagaimana keadaan Litha? Sudah di UGD ya?” tanyanya.
“Dipindahkan ke PICU, Dok. Masih dipantau sama dokter anak.”
Tatapan Dokter Munawar bertemu dengan manik mata Widi. Penuh tanda tanya, akan tetapi tidak mengajukan pertanyaan secara terbuka.
“Pak Hamizan sedang dalam perjalanan ke sini. Saya diminta menemani Ibu Cassandra dulu sampai beliau datang.” Widi menjelaskan tanpa diminta agar tidak terjadi fitnah.
“Oh, begitu.” Dokter Munawar mengangguk saja.
“Kebetulan saya mengadakan pameran pakaian muslimah di aula. Mungkin Dokter berkenan datang,” kata Widi.
“Saya akan mampir nanti, Pak Widi. Kebetulan istri dan anak saya sudah lama nggak beli baju.” Dokter Munawar tertawa. “Saya periksa Lithania dulu.”
Dada Widi berdebar. Dia ditinggal lagi berduaan dengan Cassandra. Bagaimana ini? Telapak kakinya mulai dijalari rasa dingin yang ganjil. Widi gelisah. Menghindari tatapannya agar tidak jatuh pada Cassandra. Bagaimana pun, perempuan ini istri orang. Sudah punya anak pula. Widi harus menundukkan pandangan dan itulah yang sekarang benar-benar dia lakukan. Menunduk dalam-dalam sampai hanya menatap ujung sepatu.
“Lithania Parama,” panggil seorang perawat dari ruangan Dokter Munawar.
Cassandra bangkit, sementara Widi tetap duduk.
“Widi, temani aku,” pinta Cassandra. “Aku nggak bisa menghadapi ini sendirian.”
“Apa kamu yakin?” Widi tahu dia tidak berhak melakukan ini. Lithania bukan putrinya. Hamizan akan murka kalau tahu Widi selancang ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MISTRESS
RomanceCassandra van den Heuvel merebut Hamizan Parama dari Mutiara, sahabatnya sendiri. Mereka menikah dan terlihat bahagia dengan kelahiran Lithania sementara Mutiara wafat meninggalkan Widi, suami barunya. Widi yang masih belum bisa melupakan Mutiara me...