BAB 37

1.3K 137 18
                                    

Cassandra mampir sebentar ke restoran Cina halal dekat TwentyFour Groceries. Sebenarnya bisa menelepon Jerry agar mengantar makan malam ke rumah, tapi bosan makan menu The Parama Kitchen terus. 

Dapur restoran menghadap ke jalan. Juru masaknya adalah bapak tua perantauan dari Bangka. Dibantu tiga orang pegawai, kesibukannya terlihat oleh pengguna jalan. Cara promosi yang cerdas dan tanpa biaya, sebab gurih ayam kung pao atau cap cay seafood atau bahkan sekadar nasi goreng langsung menyerbu indra penciuman dan menerbitkan liur.

"Gurame asam manis sekilo, kangkung tauco, sama mun tahu ayam ya, Koh," teriak Cassandra mengalahkan bising sodet beradu wajan.

"Siap, siap." Laki-laki kurus jangkung itu membungkuk sopan sehabis mencatat pesanan.

"Uunnnggg...." Lithania mendengung sambil berusaha menjangkau botol merica.

"Main ini aja, Sayang." Cassandra membawa bebek plastik mainan.

Lithania menggigitnya. Gigi depannya sudah tumbuh. Terkadang dia rewel karena gusinya gatal.

Ketika Lithania asyik dengan bebek mainan, Cassandra mengetik chat untuk Widi. Laki-laki itu terkesan imut dan polos padahal pengusaha muda yang lumayan sukses. Usia Widi di atas dia, tapi pengalaman menghadapi lawan jenis kalah jauh. Cassandra jadi geli sendiri.

Cassandra van den Heuvel:

Jaketmu masih sama aku nih.

Cassandra berharap Widi memakan umpannya, mengajak ketemu. Banyak hal yang ingin dia obrolkan. Mengenai agama, mengenai bisnis fashion, dan mengenai leukemia.

Hei, Cassandra terhenyak menyadari betapa banyak persamaan di antara mereka. Dengan suami sendiri sepertinya dia jarang mengobrol. Selama ini mereka tenggelam dalam dunia masing-masing. Tidak saling menghalangi, tapi juga tidak saling dukung. Padahal sebelum menikah, Hamizan membantu Venusian Lingerie yang sempat terpuruk akibat pembalasan dendam Mutiara.

Widi Erlangga:

Kirim saja menggunakan ekspedisi ke alamat ini. 

Widi benar-benar mengetikkan alamat butiknya. Kenapa Cassandra jadi sebal ya? Ya, Widi menolaknya seakan pesonanya gagal menembus perisai iman laki-laki itu. Demi Tuhan, Cassandra cuma mau mengobrol, bukan mengajak tidur. Kenapa Widi sekaku Kanebo begini? 

"Sabar, Cassandra van den Heuvel. Dia ini cowok alim. Lo jangan pakai cara murahan. Ya kan, Sayang?" tanya Cassandra pada Lithania.

Cassandra van den Heuvel:

Oke.

"Ini pesanannya, Mbak." Pelayan mengantar masakan yang sudah dibungkus plastik. 

Cassandra membayar kemudian melajukan mobilnya menuju rumah.

***

Lithania terlelap ketika Cassandra menggendong masuk ke teras. Gelap, lampu depan mati. Cassandra meninggalkan rumah dari pagi dan belum sempat menyalakannya. 

"Lho, Hamizan udah sampai, kenapa nggak nyalain lampu?" Cassandra bermonolog kala mendapati mobil suaminya di garasi. 

Bertepatan dengan Cassandra membuka pintu utama, lampu menyala, confetti berhamburan disertai suara seperti petasan. Lantai rumah dipenuhi kuntum mawar merah segar. 

"Happy anniversary, Ndra." Hamizan menyambutnya. 

"Hari ini peringatan apa memangnya?"

"Kamu lupa, pada tanggal ini, sembilan tahun lalu kita pertama kali bertemu di ospek kampus. Kamu iseng banget waktu itu." Hamizan menyeringai lebar. 

SEXY MISTRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang