Hello Sexy Readers,
Follow aku yuk, terus klik bintang dulu. Komen yang rame ya. Sayang kalian.
💋 💋 💋
SUV hitam menjemput Widi di terminal kedatangan bandara Soekarno Hatta. Mila memesan melalui aplikasi taksi daring dengan tujuan ke rumah Hamizan. Widi tidak tega membiarkan Cassandra dan Lithania pulang sendirian malam-malam. Cassandra tercenung menggendong Lithania dalam dekapannya.
“Aku sudah buat janji sama Dokter Munawar. Tolong kamu temui beliau meskipun belum pasti apa penyakit Litha.” Suara Widi menarik Cassandra kembali dari lamunan.
“Aku jadi nggak enak ngerepotin kamu, Wid.” Cassandra sempat khawatir sepanjang di pesawat tadi akan sendirian menghadapi semua kerepotan mengurus Lithania. Hamizan yang sibuk itu mengirimkan chat menanyakan bagaimana kabar anaknya. Untuk apa berlagak peduli? Kalau memang benar-benar sayang, bukankah seharusnya membatalkan saja grand opening The Parama Kitchen lalu bersama-sama Cassandra pulang ke Jakarta?
“Nggak masalah, Cass. Aku merasakan banget bingungnya mengurus orang sakit sendirian.” Widi tidak sadar menghela napas mengingat hari-hari kelabu merawat Mutiara. Bolak-balik ke rumah sakit, terutama saat mendiang istrinya di puncak masa kritis. “Dulu saat Mutiara sakit, aku nggak punya siapa-siapa untuk berbagi. Keluargaku dan keluarga Mutiara jauh di Surabaya.”
Cassandra tersenyum kecut. SUV berhenti di pagar rumah baru Cassandra dan Hamizan. Sengaja menghindari kenangan akan sahabatnya, alam malah seperti sengaja menghukumnya dengan menghadirkan Widi yang sering menyebut nama Mutiara tanpa sengaja. Cassandra ingin menghindar, tetapi tidak mungkin. Sekarang dia sangat membutuhkan Widi yang sudah berpengalaman.
“Terima kasih, Wid,” ucap Cassandra pada Widi yang membantu menurunkan koper.
“Sama-sama. Besok Dokter Munawar datang ke rumah sakit pukul sepuluh.”
Bagi Cassandra, sebuah pelukan persahabatan lazim dia berikan pada siapa saja tanpa memandang jenis kelamin. Orang tuanya memang mendidik Cassandra liberal sehingga Islam hanya tertera pada KTP tanpa dia jalani sungguh-sungguh. Kebanyakan kaum Adam malah mengambil kesempatan jika Cassandra mau memeluk, tetapi Widi berbeda. Laki-laki itu memasukkan tangan ke saku celana lalu mengangguk sopan. Cassandra membalas anggukan dan memberikan senyum tercantik yang dia bisa sebagai ungkapan terima kasih.
Widi bersama SUV hitam melaju sampai hilang ditelan kegelapan. Cassandra menyeret koper masuk ke dalam rumah yang lengang. Setelah menikah selama setahun, malam ini dia akan sendirian tanpa Hamizan.
Ah tidak. Bukankah dia punya Lithania, kenapa menganggap hanya sendirian? Memiliki anak sangat jauh dari pikiran Cassandra. Boleh dibilang dia tidak berminat hamil dan melahirkan. Menjadi perempuan yang terkungkung dalam urusan rumah tangga terlalu menyeramkan baginya. Namun, kehadiran anak mengubah cara berpikir ibu manapun. Hidup Cassandra berpusar pada Lithania sebagai prioritas, lalu Venusian Lingerie di nomer dua.
Cassandra menyiapkan air hangat untuk membersihkan tubuh Lithania. Lebam kebiruan di punggung itu mengiris hatinya. Kenapa semakin melebar? Bayinya sempat merengek, mungkin sakit. Cassandra mengusap untuk menenangkan hingga rengekan berhenti lantaran kelelahan.
Setelah mandi, Cassandra langsung merebahkan punggung yang serasa remuk. Dia takut terjadi apa-apa pada Lithania. Maka, dia berbaring di samping bayi itu. Membelai kening Lithania yang tampak damai dalam lelap.
***
Pagi-pagi sekali keesokan harinya Cassandra bangun. Mengirimkan chat pada Gita, Icha, dan Nisa untuk memberi tahu bahwa hari ini dia harus ke rumah sakit. Syukurlah karyawannya sangat pengertian. Mendoakan yang terbaik untuk Lithania.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MISTRESS
RomanceCassandra van den Heuvel merebut Hamizan Parama dari Mutiara, sahabatnya sendiri. Mereka menikah dan terlihat bahagia dengan kelahiran Lithania sementara Mutiara wafat meninggalkan Widi, suami barunya. Widi yang masih belum bisa melupakan Mutiara me...