Bab 64

1.5K 89 7
                                    

Hello Sexy Readers,

Vote dan komen yang banyak.

Love,

Bella - WidiSyah

♥♥♥

Ketika hari persidangan tiba, Hamizan tampak angkuh ditemani pengacaranya. Cassandra datang ditemani Widi, Vig dan Lithania.

"Selamat pagi, Pak Hamizan. Kita ketemu lagi. Kali ini saya mewakili Ibu Cassandra."

Hamizan mengerutkan alis sejenak, tetapi akhirnya yakin wanita bertubuh mungil di depannya adalah orang yang sama yang pernah menjadi pengacara Mutiara. Hamizan tersenyum kecut, mengingat pengalamannya diceraikan Mutiara, pria itu seakan tahu, kalau saat ini dia pun akan kehilangan Cassandra.

Sebenarnya, Hamizan berharap Cassandra akan memohon kembali padanya. Namun, melihat Widi yang menggendong Lithania rasanya harapan Hamizan sia-sia saja. Mereka duduk menanti panggilan di ruang tunggu beberapa kali Cassandra membuang muka saat pandangan Hamizan bertemu dengan iris cokelat tua istrinya.

Ketika nomor perkara Cassandra dan Hamizan disebut, mereka memasuki ruangan beriringan. Ruangan serba putih terkesan dingin mengingatkan Hamizan pada pengalaman pahitnya. Pria itu merasa deja vu, di tempat ini sidang perceraian Hamizan dan Mutiara dilangsungkan. Apakah nasib pernikahannya akan kembali berakhir gagal?

Di belakang meja, para hakim duduk. Pandangan mereka mengedar, menatap tajam pada Cassandra dan Hamizan. Dalam pandangan Cassandra, mereka terlihat seperti pencabut nyawa. Terlebih dengan panji pengadilan yang bersanding dengan bendera merah putih yang ada di samping menambah kesan angker.

Hakim ketua diapit dua hakim anggota membuka persidangan dengan basmalah. Vig berdiri menyerahkan kelengkapan pemeriksaan dokumen. Begitu pun dengan pengacara Hamizan.

"Mengacu pada PERMA No. 1 tahun 2008 tentang Mediasi dan PERMA No. 1 tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, maka Pemohon dan Termohon diwajibkan melalui prosedur mediasi terlebih dahulu. Ibu Cassandra van den Heuvel selaku Pemohon dan Bapak Hamizan Parama selaku Termohon diharuskan datang sendiri-sendiri. Mohon sekiranya memikirkan kembali dengan baik sebelum memutuskan untuk bercerai karena Allah sangat membenci perceraian."

Cih, bahkan bahasa yang digunakan oleh hakim ketua sama persis dengan saat Hamizan menggugat cerai Mutiara. Kenapa negara ini begitu sulit mengabulkan permohonan perceraian? Sementara yang melakoninya sudah sama-sama merasa gagal untuk melanjutkan? Pria itu mencebik lalu meninggalkan ruangan persidangan.

Cassandra menyangka akan bertemu Hamizan di ruang mediasi, tetapi yang menemuinya hanyalah pengacara yang diberikan kuasa oleh Hamizan. Sidang ditunda selama sepekan. Pada sesi mediasi kedua dan ketiga, Hamizan tetap tak menampakkan batang hidungnya. Kuasa hukumnya bahkan tak tahu di mana keberadaan Hamizan. Meski Mediator berusaha mendamaikan, tetapi Cassandra tetap bersikukuh untuk bercerai, wanita itu tidak goyah akan keputusannya. Apa lagi melihat tingkah Hamizan, Cassandra yakin seratus persen jika dirinya ingin segera lepas dari bayang-bayang Hamizan Parama.

"Bu Cassandra, kita memerlukan dua saksi untuk proses perceraian ini," kata Vig usai mediasi.

Hanya nama Widi yang terbayang di benak Cassandra. Dia tidak tahu lagi harus meminta kepada siapa untuk bersaksi. Cassandra menyimpan rapat-rapat masalah rumah tangganya. Utang budinya pada Widi akan semakin banyak.

Maka sehabis dari pengadilan, Cassandra langsung menghubungi Widi.

"Asalamualaikum, Wid." Jika biasanya Cassandra tidak peduli pada salam, kali ini dia berinisiatif mengucapkannya.

[Walaikumsalam, Cass. Ada apa?]

"Bersaksilah di sidang perceraianku, Wid. Bersaksilah bahwa Hamizan selama ini menelantarkanku dan Litha."

Widi menghela napas.

[Jadi kamu benar-benar sudah membulatkan tekad, Cass.]

"Tentu saja. Pernikahanku sudah nggak bisa dipertahankan."

[Baiklah, Cass. Aku akan bersaksi untukmu.]

"Terima kasih, Wid." Cassandra tersenyum riang. Tinggal satu nama lagi yang diperlukan untuk menggenapi syarat pengadilan. Maka, meski Cassandra sungguh mual, dia terpaksa menghubungi wanita itu, biang keladi kerusakan rumah tangganya.

[Selamat siang Ibu Cassandra.]

Suara merayu di seberang sana memancing rasa mual Cassandra.

"Angela, saya bawa kabar gembira untukmu."

[Ibu mau mempekerjakan saya lagi.]

Cassandra menggeleng. "Sayangnya tidak. Saya memerlukanmu untuk bersaksi di sidang perceraian saya."

[Ibu mau cerai sama Pak Hamizan?]

"Ya, memangnya kamu pikir ada berapa suami saya?"

[Oh, kalau itu sih saya bersedia. Ini beneran kan, Bu?]

Sumpah Cassandra sebal mendengar betapa riang nada bicara Angela seakan menari di atas perceraiannya.

"Datanglah minggu depan ke Pengadilan Agama Jakarta Selatan. Tolong pakai baju yang sopan, jangan bikin malu di persidangan."

♥♥♥

SEXY MISTRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang