Bab 17

1.5K 168 15
                                    

Hello Sexy Readers,

Follow aku yuk, terus klik bintang dulu. Komen yang rame ya. Sayang kalian.

💋💋💋

Cassandra dan Hamizan saling menggenggam tangan di ruangan Dokter Munawar.

"Bu Sandra, dari hasil pemeriksaan laboratorium terlihat bahwa sel limfoblas Lithania tidak matang. Padahal seharusnya sel limfoblas matang akan menjadi limfosit yang berfungsi menjaga imunitas tubuh. Pada Lithania, sel limfoblas yang tidak matang tadi menumpuk di sumsum tulang, terbawa aliran darah."

Cassandra mengusap kepala Lithania. "Lalu bagaimana, Dok?"

"Ada kemungkinan Lithania mengidap Pediatric Acute lymphoblastic leukemia atau sub kanker ALL."

"Kanker?" Cassandra seketika lemas mendengar penjelasan dokter, di kepalanya seolah ada suara bising bersahut-sahutan. Apa yang paling tak diharapkan seorang ibu terjadi padanya. Dia sama sekali tak menyangka Lithania akan menderita penyakit mengerikan. Sedang Hamizan hanya bisa menghela napas sembari menggenggam tangan istrinya. Sejenak, Hamizan tiba-tiba teringat Mutiara.

"Apa bayi kami benar sakit kanker, Dok?" Hamizan bertanya sekali lagi. Seperti halnya Cassandra, dia masih tak memercayai pendengarannya.

"Ya," balas Dokter Munawar. "Tetapi pada anak kecil kemungkinan sembuh bahkan bisa bertahan hingga usia belasan tahun tinggi. Asalkan dirawat dengan baik, asupan makanan dijaga dari yang mengandung bahan kimia berbahaya."

Dokter Sisilia yang mendampingi Dokter Munawar menambahkan, "Untuk sementara Bayi Bapak dan Ibu bisa dirawat di rumah sembari merundingkan pengobatan yang tepat untuk Lithania." Dia kembali mencoba menenangkan Hamizan dan Cassandra. "Konsumsi makanan yang bebas bahan pengawet dan zat kimia sebagai pencegahan dini supaya sel-sel darah putih yang sehat tetap sehat dan untuk menjaga kesehatan sel darah merah. Apalagi Lithania juga mengalami anemia."

"Baik, Dok." Suara Cassandra bergetar menahan tangis ketika meninggalkan ruangan. Ilmu agamanya bisa dibilang dangkal. Dia tak tahu apakah muslim sepertinya mempercayai karma atau tidak. Nyatanya sekarang, Cassandra seperti menerima hukuman atas apa yang telah dia lakukan pada Mutiara. Namun, kenapa Tuhan menjatuhkan siksaan kepada bayinya yang bahkan tak tahu dengan apa yang telah dilakukan kedua orang tuanya?

Cassandra termenung sepanjang perjalanan. Sejak keluar dari halaman rumah sakit, pikirannya tak henti mengembara ke mana-mana. Sungguh, dendam Mutiara tak lenyap meski jasadnya telah dipeluk bumi. Dia sadar dosanya terlalu banyak, bahkan Tuhan pun mungkin jijik padanya.

"Kita singgah belanja kebutuhan Lithania, ya, Ndra." Teguran Hamizan membawa kembali kesadaran Cassandra. Mobil membelok memasuki halaman parkir TwentyFour, supermarket yang buka 24 jam.

Cassandra memilih semua kebutuhan makanan berbahan organik. Hanya satu merek sayur organik yang disediakan di sana, yakni Organext yang tengah naik daun dengan Aidan Fitzgerald selaku CEO yang gencar mempromosikan sayuran bebas pestisida. Sepertinya, dia harus menyetok persediaan dari Organext sekalian. Cassandra mengambil banyak dari rak dan memasukkannya ke troli.

"Hei, aku tahu kamu kaget dengan kondisi Lithania." Hamizan yang semula mengekor di belakang Cassandra, menggiring stroller Lithania, menahan tangan sang istri.

"Belanjanya enggak perlu sekalap ini juga. Bukannya bahan organik tidak tahan lama?"

"Apa gunanya kulkas gede di rumah kita kalau nggak mampu menampungnya?" Cassandra balik bertanya tak mau kalah.

Hamizan mengembuskan napas, menu makanan di restonya berbahan organik, jadi dia tahu berapa lama masa simpan bahan-bahan itu. Namun, Hamizan merasa lebih baik jika diam saja, Cassandra selalu punya alasan ketika mendebat terlebih saat ini mereka sedang dirundung masalah.

SEXY MISTRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang