BAB 31

1.3K 123 14
                                    

Hello Sexy Readers,

Klik berlangganan dulu yuk. Komen yang rame ya. Sayang kalian.

💋💋💋 

Widi membuka kunci pintu butik Zaitun Collection. Pameran kedua mereka tahun ini dipersiapkan matang. Hari ini pameran di RS Kanker Sudarma akan berlangsung seharian. Model terbaru disiapkan dan dijahit oleh pelanggan langganan di Bandung. Terkenal rapi serta murah, Widi kenal penjahit yang bekerja sama dengan butik kelas dunia. 

Mila dan Rini mengabari akan datang sebentar lagi. Rencananya, separuh dari keuntungan penjualan akan disumbangkan ke rumah sakit untuk penanganan kanker, terutama bagi pasien yang tidak mampu. Sebagian peralatan sudah dicicil masuk ke aula. Lima belas kodi atau tiga ratus lembar gamis dan hijab dipersiapkan untuk perhelatan ini.

“Pagi, Mas Widi.” Rambut Mila masih acak-acakan setelah turun dari motor. Seperti biasa dia diantar calon suami.

“Eh, pick up kita mana ya? Kamu nggak lupa ingetin Pak Marno kan?”

“Beres kok, Mas. Lagi otewe Pak Marnonya.” Mila mengacungkan dua jempol.

“Kamu hari ini jaga butik. Biar saya sama Rini saja yang jaga pameran.”

“Oh, begitu. Mentang-mentang Rini jomblo ya, Mas?” Mila pura-pura cemberut.

“Penyakitmu belum sembuh ya, Mil?”

“Saya sehat lho, Mas.”

“Itu, penyakit suka ghibah.”

“Lho, itu doa, Mas. Biar Mas Widi nggak kelamaan menduda. Kasihan Mas Widi jadi bahan omongan. Makanya cepetan nikah, Mas. Sama Rini juga nggak pa-pa.”

Sak karepmu wis. Jangan lupa hitung lagi tuh bajunya. Jangan sampai ada yang nggak keangkut nanti.”

Widi tengah memastikan sekali lagi warna serta jenis hijab yang akan dibawa ke pameran ketika ponselnya berdering. Dia abaikan sebab ibunya di Surabaya terbiasa menelepon untuk mengingatkan sarapan, makanan bergizi, sampai soal yang satu itu: Menikah. Namun, ponsel Widi meraung begitu keras kepala hingga dia ambil.

“Cassandra?” Widi bergumam lalu menggeser tombol hijau. “Asalamualaikum, Cassandra.”

[Widi, tolong aku. Tolong datang ke rumahku. Litha, Wid. Lithania.]

“Tunggu, tenang dulu. Anakmu kenapa?”

[Litha berdarah. Hamizan nggak ada di rumah. Please, Wid. Tolong aku.]

Widi tidak sempat berpikir apakah pantas atau tidak mengunjungi istri orang saat suaminya tidak berada di rumah. Namun, dia hanya menuruti rasa kemanusiaan. Jika memikirkan penderita kanker yang bahkan dia tidak kenal, menolong mereka dengan hasil penjualan butik, maka Widi merasa wajib menolong Cassandra dan Lithania yang dia kenal.

Widi kemudian menelepon Dokter Munawar.

“Dokter, Lithania mengalami pendarahan. Cassandra menelepon saya tadi tetapi belum menjelaskan bagaimana persisnya. Kami akan ke rumah sakit sebentar lagi. Apakah dokter ada waktu?”

[Ibu Cassandra menelepon Anda? Bukankah suaminya Pak Parama?]

Ya benar sekali. Widi pun heran kenapa Cassandra malah meneleponnya. Namun pada saat segenting ini, bukan saatnya menjadi akun Lambe Turah.

“Saya tidak tahu pasti, Dok. Tapi kami akan ke rumah sakit sebentar lagi. Tolong kami,” Widi memohon.

[Oke, sebenarnya saya ada janji pagi ini dengan pasien. Tetapi karena kondisi Lithania lebih darurat, saya ke RSKS dulu.]

SEXY MISTRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang