Follow saya dan klik bintang dulu yuk. Komen yang rame ya. Sayang kalian.
💋💋💋
Robot operator seluler menjawab panggilan saat Cassandra mencoba menghubungi Hamizan. Dia berharap, suaminya itu bisa membantu mengatasi masalahnya. Namun, pria itu seperti memiliki dunianya sendiri saat berkutat dengan resto The Parama Kitchen. Sudah berhari-hari Hamizan ke Bali dan belum ada tanda-tanda kembali. Bahkan sekadar memberi kabar, pria itu sepertinya lupa.
Cassandra tak lagi lanjut membereskan rumah, dia bergegas membersihkan diri. Satu-satunya orang yang terpikirkan bisa membantunya saat adalah Widi. Cassandra ingat, Widi pernah memberikan kartu nama saat mereka bertemu di pertemuan IPFI. Tak sulit menemukan alamat gedung kantor berlantai dua milik Zaitun Collection.
"Permisi ...."
Seorang wanita muda berparas manis bermaksud menyambut dengan senyum manis, tetapi lengkungan bibirnya menghilang saat tahu siapa yang ada di balik pintu kaca. Cassandra ingat, Widi memanggilnya dengan nama Mila, wanita ini menghadiri pemakaman Mutiara.
"Pak Widinya ada?" Cassandra masuk sebelum dipersilakan, sambil menggeret kereta bayi Lithania, matanya mengedar mengitari setiap sudut ruangan. Contoh koleksi terbaru menggantung indah pada manekin di dalam etalase kaca.
"Mas Widi enggak ada!" Mila berucap ketus, dia masih ingat bagaimana Mutiara menderita karena wanita ini. Ular berbisa yang merebut suami sahabatnya sendiri. Mutiara memang tidak pernah menceritakan masalahnya dengan detail. Namun Mila peka dengan reaksi keluarga Mutiara saat itu.
"Berbohong itu dosa, Mil." Suara berat dan dalam tiba-tiba muncul dari balik pembatas ruangan. Kemeja abu-abu polos tampak kontras dengan sekelilingnya yang penuh dengan gamis berwarna cerah.
"Saya berbohong buat kebaikan Mas Widi." Mila mendengus sebal sebelum meninggalkan Widi dan Cassandra berdua.
"Wah, ada Lithania." Widi menghampiri kereta Lithania, mengelus pipi bayi mungil itu. "Apa kabar, Cass?" ucapnya pelan, pandangannya tetap tertuju pada putri Cassandra. Bukan apa-apa, belahan dada dari dress yang dikenakan wanita itu teramat rendah. Widi berharap, tangannya tidak meliar ke mana-mana.
"Wid, aku butuh bantuan kamu." Cassandra mendekat pada Widi sambil berbisik. Pria itu mengambil jarak lalu memasukkan tangan ke saku celana. Meski penampilannya sedikit berantakan, Cassandra tetaplah wanita yang mampu meruntuhkan kesadaran pria yang berada di dekatnya. Buktinya Widi laksana kerbau yang dicucuk hidungnya malah mempersilakan wanita itu untuk mengikutinya.
Ruangan Widi tidak terlalu luas, sebuah meja kerja di sudut ruangan dan satu set sofa di sudut lainnya.
Pandangannya menangkap foto Mutiara di sebelah monitor.
Cassandra menghela napas bersama hempasan tubuhnya pada sofa."Aku berniat menjual Venusian Lingerie, Wid."
Ada kesiap pada sorot mata Widi yang bertemu pandang dengan Cassandra. Sekali lagi, Widi merasakan getaran aneh, tatapan Cassandra sarat akan duka. Widi memalingkan wajah ke sembarang arah, bukankah dia harus menjaga pandangan. Ingatkan Widi jika yang ada di depannya ini adalah wanita berstatus istri orang.
"Lantas apa yang bisa kubantu, Cass?" tanya Widi dengan susah payah setelah meredakan perasaan yang tak seharusnya muncul.
"Kamu mau kan membantuku dengan membeli VL, Wid?"
Widi sebenarnya ingin terbahak, andai tak mengingat jika wanita di depannya benar-benar membutuhkan uluran tangan. Widi memang terbukti laris menjual pakaian. Tetapi lingerie? Ayolah, dia bahkan tidak tahu apa nama-nama pakaian kurang bahan itu.
"Gimana, Wid? Kalau kamu membantuku, kamu juga membantu pegawaiku." Cassandra terdiam, menunduk menatap bunga kecil ungu di pinggiran roknya. "Aku nggak tahu mau dari mana lagi membayar gaji mereka," lanjutnya setengah berbisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MISTRESS
RomanceCassandra van den Heuvel merebut Hamizan Parama dari Mutiara, sahabatnya sendiri. Mereka menikah dan terlihat bahagia dengan kelahiran Lithania sementara Mutiara wafat meninggalkan Widi, suami barunya. Widi yang masih belum bisa melupakan Mutiara me...