Bab 12

2.2K 188 8
                                    

Hello Sexy Readers,

Follow aku yuk, terus klik bintang dulu. Komen yang rame ya. Sayang kalian.

💋💋💋 

Terlambat bagi Cassandra untuk menebus dosa. Mutiara telah wafat membawa seluruh dendam ke alam baka. Terakhir kali bertemu, dia dan Mutiara sudah saling memafkan. Dalam hal ini, porsi kesalahan Cassandra lah yang paling besar. Pembalasan Mutiara tidak ada apa-apanya sebab Venusian Lingerie berhasil bangkit dari keterpurukan. Mungkin saja di mulut Mutiara memaafkan. Dalam hati siapa yang tahu?

Apakah karma sungguh ada? Kalau ada, kenapa harus Lithania yang menebus dosa orang tuanya? Ini tidak adil. Hamizan dan Cassandra berdosa besar. Berzina mengikuti nafsu binatang. Mungkin ya, mereka telah menjelma menjadi binatang karena mengikuti emosi semata, mengabaikan logika, menyingkirkan hukum Tuhan, merusak pernikahan Mutiara. Cassandra kerap dihantui rasa bersalah, membakar dada laksana besi pijar.

Penyakit Lithania belum pasti. Cassandra berharap semua baik-baik saja. Lithania akan sembuh, tumbuh besar secantik doa-doa yang Cassandra sematkan setiap hari. Namun, ada sisi lain di hatinya yang membantah bahwa Lithania sakit keras.

"Mutiara, maafkan aku," gumam Cassandra pedih saat keluar dari ruangan Dokter Fura.

"Cass, penyakit Litha nggak ada hubungannya sama karma. Kamu harus yakin itu," Widi menenangkan. 

"Makasih banyak ya, Wid. Kamu baik banget. Andai saja Mutiara ketemu kamu, kalian menikah, pastinya hubunganku dengan dia baik-baik saja," ucap Cassandra disertai senyum getir. 

"Cass, semua itu sudah ada yang mengatur. Allah yang menuliskan skenario hidup umat-Nya. Kita tinggal menjalankan."

Berdekatan dengan Widi selalu menghadirkan perasaan sejuk. Tak sekali pun laki-laki ini mencuri kesempatan untuk menyentuhnya. Sikapnya kelewat sopan hingga Cassandra malu sendiri.

"Kapan kamu mau pulang ke Jakarta?" tanya Widi. 

"Aku harus pesan tiket dulu."

Cassandra mengeklik aplikasi tiket online. Pesawat terakhir akan terbang pukul sembilan malam ini. Dia pun membeli tiket untuk satu orang dewasa dan seorang bayi.

"Sudah," ucap Cassandra. "Sekarang kita tunggu sampai bisa kondisi Litha membaik ya, Wid. Semoga nggak lama lagi."

Widi hanya mengangguk. Tentu saja dia berharap bayi cantik itu sehat seperti sedia kala.

"Sampai di Jakarta apa kamu sudah tahu mau ke rumah sakit mana?" tanya Widi.

"Belum. Kamu ada rekomendasi?"

"Coba ke RSKS. Aku punya nomer Dokter yang dulu menangani Mutiara."

Cassandra terkesiap. "Tapi penyakit Lithania bukan kanker, Wid."

"Untuk jaga-jaga, kamu simpan saja nomernya. Sebentar aku kirim." Widi membuka WhatsApp dan menelusuri percakapan dengan Dokter Munawar. Hanya dalam hitungan detik, notifikasi Cassandra berbunyi.

"Makasih, Wid."

Widi mengangguk samar. Sekilas dia melirik Casandra. Wajah wanita yang semula cantik dan seksi ini digelayuti mendung. Hal yang menyebabkannya tidak tega meninggalkan seorang diri. 

***

"Aku akan pulang ke Jakarta. Sudah di bandara." Cassandra mengucapkan sebagai pemberitahuan alih-alih permintaan izin pada Hamizan. Oh ya, Cassandra adalah perempuan merdeka sejak lahir, dan tak menyukai pernikahan jika itu hanya akan menjadikannya tawanan.

[Tanpa aku?]

Cassandra meradang. Hamizan berbisik-bisik seolah mereka tengah melakukan transaksi barang haram. Demi Tuhan, yang mereka bicarakan adalah kondisi putri semata wayang yang gawat.

SEXY MISTRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang