Bab 15

1.8K 166 10
                                    

Hello Sexy Readers,

Follow aku yuk, terus klik bintang dulu. Komen yang rame ya. Sayang kalian.

💋💋💋

Kehidupan tenang Cassandra tampaknya sudah berakhir dengan kedatangan Fatma. Semalam mertuanya hanya makan setengah potong pizza. Itu pun sepertinya ogah-ogahan. Cassandra yang mengira makanan khas Eropa dapat melunakkan hati sang mertua, terpaksa kecewa. Dia tidak mungkin menghabiskan sisa pizza. Kegemukan bagi model sepertinya adalah bencana. Cassandra rajin mengingatkan dirinya agar membatasi asupan karbohidrat terutama setelah matahari terbenam. Pizza yang tersisa dimasukkan ke dalam kulkas.

Cassandra mematung di depan lemari pendingin. Banyak bahan mentah seperti sayur dan telur. Di freezer malah ada daging dan ayam beku. Setiap pagi Hamizan memasak sendiri sarapannya. Mereka adalah pasangan yang memerdekakan satu sama lain. Hamizan tidak memaksa Cassandra makan sesuatu yang tidak disukai, sementara Cassandra pun membiarkan Hamizan dengan gaya hidup yang terkadang tidak sehat.

Karena saling membebaskan, Cassandra sekarang kebingungan. Apa dia harus mencekoki Fatma dengan smoothies? Cassandra menggaruk dagu yang mendadak gatal. Ya sudahlah, pizza semalam masih bisa dimakan. Maka Cassandra memasukkan dua potong ke microwave dan membiarkan sisanya tetap dalam kulkas. Sembari menunggu pizza hangat, dia membuat sarapannya sendiri.

Menu sarapan sehat semasa gadis dulu tetap Cassandra pertahankan. Smoothies yang terdiri dari oatmeal dan buah-buahan terbukti cepat mengembalikan bentuk tubuh yang sempat melar selama hamil menjadi singset tanpa minum obat-obatan.

"Astagfirullah, Sandra!" Fatma tahu-tahu muncul di belakang. Matanya langsung melotot saat melihat Cassandra berdiri menghadap blender. Jubah pelapis body suit lingerie merah sutra hanya mampu menutup sedikit paha putih mulusnya.

"Pagi, Ma. Aku lagi panasin pizza semalam buat Mama sarapan."

"Mama tidak masalah sarapan apa. Nggak sarapan pun sudah biasa. Tapi itu lho baju kamu. Nggak bisa pakai yang lebih sopan ya?" Fatma merinding menatap bekas merah keunguan di tengkuk dan dada menantunya. Astaga, dia menutup muka lantaran malu. Anak muda zaman sekarang hobi bereksperimen. Dia tidak menyangka Hamizan menyimpan sisi liar.

"Ada yang salah?" Cassandra bertanya balik. Hamizan tidak pernah keberatan dengan pakaiannya, malah suka.

"Mutiara dulu selalu pakai piama. Bajunya juga longgar-longgar, nggak seksi begini."

Alis Cassandra menukik tajam. "Memangnya kenapa? Hamiz suka. Penyebab dia dulu berpaling dari Mutiara adalah karena penampilannya yang kurang terbuka."

Cassandra tidak tega mau mengatakan, "kurang menarik." Dia paham laki-laki tercipta sebagai makhluk visual. Menjunjung tinggi kecantikan ragawi sebelum menggetarkan hati.

Fatma menggeret kursi makan lalu mengenyakkan bokong di sana. "Mama tahu betul selera Hamizan. Dia memang suka yang seksi-seksi. Tetapi ada baiknya tubuhmu hanya diperlihatkan pada suami, jangan sampai berkeliaran dengan baju seperti itu."

Berkeliaran? Wah, pilihan kata Fatma menyinggung Cassandra.

"Aku nggak berkeliaran. Ini kan di rumah, Ma."

"Dengarkan dulu, Sandra. Lithania adalah anak perempuan. Dia akan mencontoh perilaku ibunya. Kamu berpakaian seperti ini untuk menggoda suami, sah-sah saja. Tetapi bagaimana jika saat remaja nanti Lithania memakainya untuk menggoda pacar?"

Sengaja Cassandra menaikkan kecepatan blender agar suara mertuanya teredam. Pikiran Fatma terlalu jauh dan menghakimi.

Setelah semua bahan tercampur, dia menuangkannya ke dalam gelas. Campuran buah naga memberikan warna merah yang menarik di mata Cassandra, tetapi menjijikkan bagi Fatma.

SEXY MISTRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang