Hello Sexy Readers,
Follow aku yuk, terus klik bintang dulu. Komen yang rame ya. Sayang kalian.
💋💋💋
“Hamizan Parama.” Petugas berseragam serba hitam memastikan KTP yang dia pegang memang milik laki-laki di hadapannya. Bukan apa-apa, nama hotel tempat dia bekerja bernama The Grand Parama Hotel.
“Benar, itu nama saya,” jawab Hamizan kalem. Saat kuliah, dia pernah menginap dengan Cassandra di sini, hanya saja tidak tertarik mengunjungi kelab yang terletak di lantai 15. Mencari hiburan di tempat yang berisik sama sekali tidak menarik bagi Hamizan.
“Silakan, Pak.” Petugas keamanan berbadan kekar yang tadinya tampak garang sekarang menciut. Padahal Hamizan tidak mengancam atau menggertak. Dia mengangguk penuh wibawa dan memberikan tatapan tajam khasnya yang seakan menembus kulit.
Dentum musik menghantam gendang telinga Hamizan sampai jantungnya terasa sakit. Ruangan luas gelap disesaki berbagai macam manusia yang berjoget mengikuti irama nge-beat racikan DJ. Laser LED merah bergantian dengan kuning, bergantian lagi dengan hijau, lalu biru jatuh di panggung.
Melawan hati yang ragu, Hamizan masuk juga mendekati meja bar. Dia hanya duduk, tak berminat ikut melantai. Semua perempuan berdandan habis-habisan. Menonjolkan paha dan dada, wajah dipoles berbagai make up.
“Wiski,” kata Hamizan pada bartender. Kepalanya yang tadi pening sekarang bertambah sakit dengan keriuhan tiada tara ini.
Bartender menuang pesanan Hamizan ke dalam gelas bersama dengan bongkahan besar es. Begitu cairan kuning kecokelatan itu meluncur membasahi kerongkongannya, Hamizan merasa sedikit tenang.
Tiba-tiba sebuah sentuhan halus mendarat di pundak Hamizan. Awalnya dia abaikan karena menyangka seorang pengunjung kehilangan keseimbangan sehingga tak sengaja mengenai dirinya. Namun, tangan itu semakin intens mencolek. Hamizan terpaksa menoleh.
“Suaminya Bu Sandra kan?”
Beruntung wiski sudah tertelan sempurna, kalau tidak Hamizan pasti batuk-batuk. Apakah surga sedang cuci gudang sampai menurunkan bidadarinya turun ke bumi?
Bohong kalau Hamizan mengatakan tidak mengenal makhluk cantik bergaun mini dengan rambut cokelat bergelombang terurai. Make up Angela sempurna, dalam arti tidak setebal dempul. Jika banyak perempuan muda memulas bibir memakai lipstik merah, wanita ini malah memilih warna nude. Hamizan malu sendiri mengingat pernah menjadikannya bahan melampiaskan fantasi seksual.
“Apa kita pernah ketemu?” tanya Hamizan pura-pura lupa.
“Aku lihat Bapak pas pemotretan di VL lho.” Angela duduk di sebelah Hamizan. "Aku juga biasa pesan lunch di The Parama Kitchen."
“Mau pesan apa?” Hamizan menawarkannya hanya sekadar demi sopan santun. Mati-matian dia berusaha mengalihkan perhatian dari paha mulus Angela.
“Monkey Gland ada kan, Mas?” tanya Angela pada bartender yang hanya dijawab anggukan.
Hamizan kembali menyesap wiski.
“Aku suka minuman racikan. Gin dicampur orange juice itu eksotis.” Angela mengoceh tanpa ditanya.
Melalui ekor mata, Hamizan melirik. Angela Mericci benar-benar berbahaya. Dia seperti mata-mata di film spionase yang menjerat target buruan dengan kecantikan. Bagi Hamizan, perempuan kelewat cantik kalau bukan banci pastinya penyihir. Bukankah dulu Cassandra juga menyihirnya sehingga hilang kewarasan?
“Bu Sandra mana, Pak?” tanya Angela lagi.
"Di rumah.”
“Oh, kalian habis berantem ya?” tembak Angela.

KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MISTRESS
RomanceCassandra van den Heuvel merebut Hamizan Parama dari Mutiara, sahabatnya sendiri. Mereka menikah dan terlihat bahagia dengan kelahiran Lithania sementara Mutiara wafat meninggalkan Widi, suami barunya. Widi yang masih belum bisa melupakan Mutiara me...