Hello Sexy Readers,
Yuk vote dan komen yang banyak.
♥♥♥
Tak sampai sejam Cassandra memutus panggilan, bel pintu apartemennya berbunyi. Wanita itu menyangka Hamizan yang datang berkunjung. Namun ternyata, dia menemukan Widi dengan banyak kantong berlogo TwentyFour berisikan bahan makanan organik. Pria itu tersenyum kikuk sambil mengangkat kedua tangan. Kemeja hitam dan celana bahan berwarna senada tampak bersahaja membungkus tubuhnya. Widi tidak seperti Hamizan yang selalu memikirkan berat badan. Pria itu lebih menikmati hidup dan tidak memusingkan penampilan.
"Aku ingin menjenguk Lithania."
Cassandra tertawa terbahak lalu mengekeh geli. Lithania tidak serakus itu sampai harus menghabiskan berkantong-kantong makanan organik.
"Masuklah, Wid. Maaf, apartemenku berantakan." Cassandra berbalik badan, "Silakan duduk, Wid." Wanita itu menghilang di balik lemari tinggi.
Widi mengikuti Cassandra, langkahnya terhenti di ruang tamu. Pria itu memperhatikan sekeliling ruangan. Beberapa lembar berisi sketsa gambar siluet wanita mengenakan lingerie berserakan di meja. Sebuah sofa tunggal dan sofa panjang di tengah ruangan penuh dengan pakaian bercampur wangi deterjen. Sekitar dua meter dari sofa, mainan Lithania berhamburan di atas playmat. Widi bingung harus duduk di mana. Pria itu memutuskan lesehan di samping Hape Pound dan Tap Bench, set mainan anak yang dapat membantu anak mengenal musik melalui instrumen xilofon dan mengenal ilmu spasial. Iseng, Widi memukul batang berwarna biru. Nada kelima terdengar menarik perhatian Lithania.
"Gaaa ... gaaa."
"Litha sudah bangun?" Widi bangkit lalu berdiri di samping boks Lithania. Tangan mungil bayi itu mengambang ke udara. "Litha mau main? Ayo sini." Widi meraih Lithania, membawanya ke playmat. Bayi itu langsung meraih palu, bukan batang-batang xilofon yang dipukulnya, tetapi bola berwarna merah. Melihat bola itu terpental keluar, Lithania tertawa terbahak-bahak, Widi ikut bertepuk tangan.
"Cara mainnya bukan seperti itu, Nak." Cassandra muncul membawa minuman dingin. "Kenapa duduk di sini, Wid?" Dia menoleh ke sofa lalu berdecak. "Astaga, aku lupa menaruh pakaian itu ke keranjang." Cassandra kembali ke arah dapur, tak lama kemudian, wanita itu kembali dengan sebuah boks plastik lalu menaruh pakaian ke dalamnya. Widi akhirnya berpindah ke sofa sambil memangku Lithania.
"Cass, ini kamu yang gambar?"
"Iya, bagaimana menurut kamu?" Cassandra balik bertanya, keranjang pakaian dia letakkan di samping sofa lalu duduk di seberang Widi.
"Aku kurang ngerti desain lingerie, tetapi sepertinya rancanganmu bagus. Kamu nggak berminat menjualnya ke VL?"
"Jangan bercanda kamu, Wid." Cassandra kembali terbahak sembari mengibaskan tangan.
"Bukannya kamu butuh pekerjaan?" tanya Widi. "Atau kamu beneran bercanda barusan saat bilang ingin jadi karyawan?"
"Iya, juga, ya?" Cassandra mengambil kertas gambar lalu melihatnya satu per satu. "Jadi VL berminat dengan gambar ini?"
"Why not?"
Tanpa pikir panjang, Cassandra mengulurkan tangan, "Deal?"
"Nanti aku minta Nisa menghubungi kamu, Cass."
"Sorry." Cassandra menarik tangan lalu menggaruk tengkuk, dia baru sadar kalau Widi selalu menjaga jarak pada wanita yang bukan mahramnya. Wanita merapikan semua gambarnya lalu menumpuknya di atas meja. "Aku tinggal sebentar, ya. Kamu bisa kan menemani Litha dulu?"
"Mau ke mana?"
"Ke dapur, mau masak."
Senandung kecil Cassandra terdengar dari jauh, suara pisau menyentuh talenan lalu disusul pemantik kompor. Tak lama kemudian, blender ikutan meraung-raung. Di ruang tamu, Widi menyentuh jemari Litha, bayi mungil itu balas menggenggam jempolnya.
Widi tersenyum sambil berbisik. "Syukurlah, mama kamu sudah riang kembali."
♥♥♥
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MISTRESS
RomanceCassandra van den Heuvel merebut Hamizan Parama dari Mutiara, sahabatnya sendiri. Mereka menikah dan terlihat bahagia dengan kelahiran Lithania sementara Mutiara wafat meninggalkan Widi, suami barunya. Widi yang masih belum bisa melupakan Mutiara me...