BAB 38

1.2K 129 7
                                    

Hamizan memukul roda kemudi. Pengendalian dirinya selalu kuat. Almarhum Papa mewanti-wanti untuk jangan memukul istri. Mereka adalah kaum lemah. Pria ditakdirkan dalam kitab suci sebagai pemimpin, tetapi bukan artinya boleh bertindak zalim. Tiga puluh tahun hidupnya dan inilah kali pertama Hamizan memukul perempuan, istrinya sendiri, ibu dari anaknya.

Pernikahan dengan Cassandra bagaikan kapal dihadang ombak. Penuh gelora awalnya dan kini penuh prahara. Hamizan pantang menceritakan masalah rumah tangga. Sehari-hari sahabatnya tidak ada. Semua karyawan The Parama Kitchen dianggap tidak dekat. Pada siapa dia harus berbagi? 

Iblis membisikkan satu nama. 

Kenapa kau tidak kembali pada Angela? Bukankah dia menginap di Hotel The Magnolia? Benar juga. Hamizan menelepon wanita itu.

[Hai, Pak Hamizan. Kangen aku?]

Angela mendesahkan suaranya. Dia tertawa seksi.

"Apa kamu masih di The Magnolia?"

[Iya. Kenapa?]

"Saya ke sana sekarang."

[Aduh, to the point banget sih. Buru-buru banget ya? Aku nggak mau lho kalau habis manis sepah dibuang kayak permen karet.]

Merajuk. Stereotype kecentilan perempuan penggoda ada pada Angela. Jauh berbeda dari kesan anggun berkelas saat pertemuan di kantor Venusian Lingerie.

"Saya sudah sampai di tol. Apa kamu masih di The Magnolia?" ulang Hamizan.

[Masih dong. Ada pameran Cynthia Kusumohadi. Bapak tahu kan designer yang lagi viral itu.]

Selain dunia kuliner, Hamizan hanya tertarik pada lingerie dan sedikit pada arloji. Semasa muda Hamizan tidak sadar terobsesi pada lingerie hingga Cassandra memperkenalkannya. 

Mobil yang Hamizan kendarai dengan kecepatan tinggi memasuki gerbang tol, melaju ke selatan sampai kawasan Gunung Putri. 

Hotel The Magnolia berhias malam ini, sebab perhelatan besar itu dihadiri Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Beliau tadi menabuh gong sebagai tanda seremonial pembukaan acara dan memberikan pidato sambutan. 

Banyak sekali wartawan dan selebriti hadir meramaikan. Semuanya berfoto memakai masker di depan wall of fame, semacam papan background yang dilapisi kertas bertuliskan nama acara beserta sponsor. 

Angela tengah bercengkerama dengan beberapa model. Hamizan melihatnya di kejauhan. Wanita itu memang mencolok meski di tengah orang banyak. Paling cantik menurut matanya. Tanpa ragu Hamizan mendatangi Angela. Wanita itu pun menyadari kehadirannya. 

"Veronica, kenalin ini Pak Hamizan Parama, anaknya almarhum Hilbram Parama," kata Angela. 

"Parama, saya familiar dengan nama itu." Veronica mengulurkan tangan. 

"Nama saya memang banyak dipakai orang," jawab Hamizan tenang. 

"Kalau kamu tahu Hotel The Grand Parama, itu punya keluarga Pak Hamizan. Tapi, Pak Hamizan tertarik sama dunia kuliner makanya buka resto. Belum lama buka cabang di Uluwatu. Nah, Ibu Cassandra, bos aku adalah istrinya." Angela memperkenalkan dengan bangga. 

"Hebat sekali. Suami-istri sama-sama pengusaha sukses." Veronica terkagum. 

"Terima kasih." Hamizan tersenyum tipis. "Saya ke sana dulu."

Hamizan menghindari terlihat mencolok. Ya, dia membutuhkan Angela sekarang, tetapi nama baiknya tetap harus terjaga. Maka dibiarkannya saja Angela berkeliling menyapa model lain dan juga pada pesohor. Selama dua jam Hamizan menunggu dengan sabar di kejauhan. Matanya tetap mengawasi pergerakan Angela meskipun dia berkeliling seolah tertarik pada kebaya kontemporer yang memadukan rancangan Jawa dengan sentuhan budaya Tionghoa. 

SEXY MISTRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang