BAB 26

1.2K 123 11
                                    

Hello Sexy Readers,

Follow aku yuk, terus klik bintang dulu. Komen yang rame ya. Sayang kalian.

💋💋💋

"Maaf, Pak. Sekali lagi maaf." Sulis menubruk kaki Hamizan, menciumnya. "Adik saya di kampung minta motor, minta hape baru. Katanya malu mbaknya kerja di kota tapi ndak bisa kasih apa-apa."

Budaya konsumtif tampaknya menjamah pedesaan. Ini akibat media rajin mempromosikan orang kota tinggal di rumah gedong dan menyupir mobil sport. Orang desa jadi berpikir semua orang kota bergelimang harta.

Hamizan menarik kakinya sehingga perempuan desa itu terjerembap mencium lantai. "Sudah, Mbak Sulis. Kemasi barang-barangnya," sahutnya dingin.

Dulu ada karyawan The Parama Kitchen bernama Yudi. Dia juga mencuri uang dari mesin kasir. Hamizan langsung memecatnya tanpa basa-basi. Baginya, pencuri tidak perlu dikasihani.

Sulis merangkak lalu menggapai tangan Cassandra. "Bu, maafkan saya."

Hamizan memasukkan tangan ke saku celana. Percuma air mata buaya Sulis. Biarpun seember tumpah, Hamizan kukuh pada keputusannya. Tidak boleh ada maling di rumah ini. Titik.

"Ndra, kamu awasi Mbak Sulis berkemas. Aku mau telepon yayasan," kata Hamizan sebelum keluar dari kamar.

"Apa kita perlu memberinya pesangon?" tanya Cassandra iba pada Sulis yang masih bersimpuh sambil menangis di lantai.

"Jangan coba-coba memberikan apa pun. Aku mau laporkan masalah ini ke polisi supaya dia jera." Hamizan marah sungguhan. Alih-alih berkompromi, dia keluar untuk menelepon ketua yayasan.

Cassandra menghela napas. Sedari kecil dia hidup berkecukupan. Orang tuanya mengajari untuk tidak mengambil apa yang bukan haknya. Namun dia langgar juga, mencuri Hamizan dari sahabatnya sendiri. Baru kehilangan lingerie saja Cassandra sakit hati. Kini dia merasakan bagaimana parah tindakannya merobek hati Mutiara. Apakah Sulis dikirimkan oleh sang Maha Kuasa untuk menegurnya?

"Bangun, Mbak Sulis." Cassandra membantu perempuan yang masih tersedu-sedu itu bangkit. "Ayo kita beres-beres."

"Bu, ampun, Bu. Tolong jangan lapor ke pak polisi," lirih Sulis.

Sama seperti Hamizan, sesungguhnya Cassandra juga meradang. Iyuh, bulu-bulu halus di sekujur tubuh Cassandra seketika meremang mengetahui pakaian dalamnya menyentuh bagian intim orang lain. Bukannya meremehkan, tapi apakah Sulis sebersih dirinya dalam merawat 'surganya para lelaki'? Cassandra rajin melakukan waxing, terkadang menguapinya dengan ratus mawar sehingga berbau harum. Sejauh belum ada keluhan dari Hamizan.

Bagaimana dengan Sulistyani? Jangan-jangan malah bau terasi.

Sudah pasti nanti Cassandra akan mencuci lingerie yang sempat berpindah tangan - ralat, berpindah alat kelamin - itu dengan deterjen dan cairan antiseptik. Ya ampun, padahal selama ini Cassandra sangat berhati-hati. Memakai air hangat dan deterjen super lembut serta mengucek dengan tangan langsung. Kalau iklan kecap mengatakan petani merawat kedelai seperti anak sendiri, begitulah Cassandra memperlakukan lingerie sutranya. Namun, karena Cassandra masih punya hati, dia tidak jadi mendamprat Sulis.

"Nggak. Saya jamin."

"Matur sembah nuwun, Bu. Ibu baik sekali." Sulis menciumi tangan Cassandra.

"Ya sudah ayo, kita kemasi barang-barang Mbak Sulis."

Setengah jam kemudian, Sulis siap dengan tas berisi pakaiannya. Dia duduk diam di jok belakang. Hanya menunduk sepanjang perjalanan.

Setiba di Yayasan Khazanah Pramusiwi, mereka disambut oleh ketuanya.

SEXY MISTRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang