Potongan salmon, paprika, brokoli dan wortel, Cassandra keluarkan dari kukusan. Sebagian dipisahkan pada wadah kedap udara, sisanya Cassandra masukkan ke dalam blender.
Setelah pertengkaran kemarin, keduanya berjanji untuk memulai kembali hubungan mereka dengan lebih baik. Hamizan dan Cassandra menyadari kesalahan masing-masing dan sepakat tidak akan mengulang. Toh, keduanya masih saling mencintai, Hamizan dan Cassandra banyak bercerita sampai akhirnya sama-sama tertidur.
"Oh, iya, Ham. Aku sudah membayar separuh tagihan kartu kreditmu, ya." Cassandra menoleh sekilas saat menyadari kedatangan Hamizan. Pria itu mengambil air mineral dari kulkas lantas duduk di meja makan. Wajah Hamizan masih acak-acakan habis bangun tidur.
"Thanks, Ndra. Kamu memang istri paling baik sedunia."
Bagaimana dengan Mutiara? Cassandra sebenarnya ingin membantah, tetapi jangan sampai pertanyaannya malah memancing pertengkaran. Sungguh, Cassandra letih setiap kali mereka ada masalah. Ditambah dengan kondisi kesehatan Lithania sudah teramat melelahkannya.
Hamizan menenggak setengah air dari dalam botol lalu mendekati istrinya. "Lagi ngapain?" Pria itu merengkuh tubuh sintal Cassandra yang berbalut lingerie sutera transparan. Bibirnya berlabuh di leher jenjang wanita itu. "Ingin mencoba morning sex di atas meja?" Deru napas Hamizan berkelindan di bahu membuat Cassandra menggelinjang, semua bulu di tengkuk wanita itu meremang.
Cassandra membalikkan badan, meraih tomboh blender lantas mengalungkan lengan di leher Hamizan, menemui bibir suaminya dengan lumatan lembut. "Siapa takut, Tuan Parama," bisik Cassandra lalu menggigit kecil telinga Hamizan.
"Aku rindu, Ndra." Hamizan meraup udara dengan napas tersengal, kecupan lembut berganti isapan cepat dan liar. Suara cecapan diikuti desahan dan geraman menggema memenuhi keheningan ruangan.
"Lick me first, Tuan Parama." Cassandara mengedip nakal.
Hamizan mengekeh lalu mengangkat tubuh Cassandra, membaringkan wanita itu di meja. Cassandra terlentang dengan wajah mendamba sembari mengangkat satu kaki, memberi akses Hamizan menyusupkan lidah ke area sensitif di sela paha, memutari pusat kenikmatannya."Fuck me now, Hamizan!" Cassandra memekik saat Hamizan mengisap klitoris. Cassandra melepas lingerienya lalu melemparnya ke sembarang arah. Bibir wanita itu terus mendesah diterjang gulungan gairah. Hamizan memasukkan satu jari, menguarkan kesadaran Cassandra entah ke mana. Bibirnya membuka, mendesah sembari meracau tak jelas, tubuhnya menggelinjang. "Oh, Ham. Please."
Satu tangan Hamizan kembali menemukan klitoris dan menggodanya. Cassandra menggeletar terus menggeletar tak terkendali. Mulut Hamizan melahap puncak dada Cassandra yang meruncing, lidahnya memutari areola lalu mengisap kuat, wanitanya menggelepar semakin gila."Tahan, Sayang. Aku ingin menyenangkanmu dulu," bisik Hamizan sambil terus mempermaikan titik sensistif istrinya. Cassandra memejamkan mata, mendesah bersama napas yang semakin memburu.
"Aaah, Hamizan!" Cassandra berteriak, dia pun meledak, tubuh wanita itu menggeliat, berkali-kali pinggulnya mengentak kuat, menjepit jari Hamizan yang masih membelai lembut di bawah sana.
Hamizan mengeluarkan jari, lantas menjilati telunjuknya. "You are so damn wet, Sayang." Perlahan Hamizan menurunkan celana sambil membelai kejantanan yang mengacung sempurna. Dia menarik tubuh Casaandra sampai ke pinggiran meja, mengangkat kedua kaki wanita itu hingga terbuka lebar.
Hamizan mendekatkan kejantanan, "Do you want me to fuck you, Nyonya Parama?"
"Now, Hamizan!" pinta Cassandra, dia memang telah mencapai pelepasan pertama, tetapi pusat gairahnya masih menginginkan lebih.
Hamizan mengekeh, mendesakkan pinggul hingga seluruh kejantanannya tertelan liang kenikmatan Cassandra. Keduanya menyatu dengan cepat, sama-sama menggerakkan pinggul mencari pelepasan. Hamizan merentangkan kaki Cassandra, menghunjam dengan beringas. Gelombang kenikmatan itu kembali menerjang hingga Cassandra memekik, "Oh, Hamizan."
Sensasi melenakan itu menyapa Hamizan, gerakan pinggul yang semul teratur kini meliar, mengentak kasar. Cassandra menggeletar mencapai orgasme kedua, menggelepar. Peluh bercucuran, mengilat di wajah dan dadanya. Denyutan organ intim Cassandra memijat kejantanan Hamizan, sekujur tubuh pria itu bergetar lalu kemudian meledak, menyemburkan benihnya.
Terlalu lama tidak merasakan bercinta dengan Cassandra, Hamizan tak memungkiri kali ini jauh lebih menyenangkan, mungkin beberapa kali lipat. Keduanya larut oleh oksitosin, Hamizan memagut bibir Cassandra, kembali berciuman tanpa melepaskan penyatuan.
"Aku mencintaimu, Ndra," ucap Hamizan pelan. Pria itu meraih kimono yang tadi Cassandra lemparkan lalu kemudian memakaikan ke tubuh istrinya. Dia pun mengambil piyama yang berserakan di lantai, mengumpulkannya di pangkuan Cassandra. "Aku mandi dulu."
"Hei, kamu nggak malu diliat putrimu, Ham?" Cassandra tertawa geli melihat Hamizan menggeleng sebelum berlari kecil ke lantai dua dalam keadaan telanjang, pria itu menutupi organ seksualnya hanya dengan telapak tangan.
Cassandra menyusul ke kamar, Starlight dari Muse menandakan panggilan telepon. Nama Widi terpampang di layar.
"Halo, Wid."
[Assalamu'alaikum, Cass.]
Cassandra meringis, dia selalu lupa kebiasaan Widi setiap bertelepon dengannya. Dia pun membalas salam meski diikuti suara tawa sumbang.
"Waalaikumsalam, Wid. Ada yang bisa kubantu?"
[Aku sudah meminta Arman memberikan rancangan lingerie terbaru ...] Widi terdengar kebingungan di ujung sambungan, [... apa nggak papa kekurangan bahan gitu?]
Tawa Cassandra meledak, "Memangnya kamu suka kalau pakaian dalam pasanganmu sejenis wearpack?"
[Ya, nggak juga sih, tapi Cass, maaf, penutup bokongnya hanya kain eh, tali, aduh, ini apa namanya?]
Cassandra kembali tertawa, sembari memegang perutnya. "Itu namanya G-String, Wid. Khusus untuk wanita yang ingin mengekspos keindahan bokongnya. Seksi kan? Aku yakin rancangan Arman nggak pernah mengecewakan."
Cassandra menjauhkan ponsel dari telinga, pandangannya tertuju pada layar memastikan sambungan tidak terputus. Widi tidak kena serangan jantung karena penjelasan Cassandra kan?
"Wid, kamu masih di sana?"
[Ma-masih, Cass.]
"G-String atau V-String biasanya berbentuk segitiga kecil di bagian depan untuk menutupi vagina ... Wid? Kamu nggak papa?"
Cassandra tak lanjut menjelaskan, wanita itu terkesiap karena mendengar suara batuk Widi di seberang panggilan. Butuh beberapa saat sampai akhirnya Cassandra mengerti penyebabnya.
"Astaga, Wid. Maafkan aku." Cassandra terbahak, dia tak menyangka kalau duda Mutiara selugu itu.
[Hm, ya, udah, Cass. Terima kasih penjelasannya. Assalamualaikum.]
Cassandra memutus panggilan setelah membalas salam, dia mengusap ujung matanya. Air mata Cassandra sampai keluar karena menahan geli. Ternyata, masih ada pria yang tak tahu apa itu G-String."Aku baru tahu kalau kalian seakrab itu." Hamizan berucap dingin di belakang Cassandra hingga wanita itu nyaris terjengkang.
"Ya ampun, Ham. Kamu bikin aku kaget."
"Tentu saja kaget, kamu terlalu asyik mengobrol sama Widi," sindir Hamizan sebal.
Cassandra terkekeh pelan, wanita itu bangkit dari ranjang, menghampiri Hamizan lalu mengalungkan lengan di leher suaminya. "Kamu menggemaskan kalau sedang cemburu begini. Widi itu hanya teman, Ham. Dia banyak membantuku, Widi bahkan membeli VL yang nyaris bangkrut."
"Teman kok seakrab itu." Hamizan mendengus.
♥♥♥
Hello Sexy Readers,
Benar nggak sih Cassandra dan Widi hanya sebatas teman?
Yang nggak sabar nunggu lanjutannya bisa langsung ke Karyakarsa. Sudah tamat di sana.
Love,
💋 Bella - WidiSyah lips
KAMU SEDANG MEMBACA
SEXY MISTRESS
RomanceCassandra van den Heuvel merebut Hamizan Parama dari Mutiara, sahabatnya sendiri. Mereka menikah dan terlihat bahagia dengan kelahiran Lithania sementara Mutiara wafat meninggalkan Widi, suami barunya. Widi yang masih belum bisa melupakan Mutiara me...