Bab 10

2.2K 176 8
                                    

Hello Sexy Readers,

Follow saya dan masukin ke library dulu yuk. Komen yang rame ya. Sayang kalian.

💋 💋 💋

Berkali-kali Cassandra menelepon Hamizan, berkali-kali juga berakhir dialihkan pada operator. Napas Lithania terputus-putus. Panik, Cassandra menggendong bayinya sambil menangis. Siapa yang dapat menolongnya dalam keadaan segenting ini?

Widi! Ya, bukankah laki-laki itu mengatakan akan membantunya? Tanpa pikir panjang, Cassandra menelepon Widi.

[Asalam -- ]

"Widi, tolong aku sekarang!" potong Cassandra kebingungan. "Litha, Wid. Dia sesak napas."

[Oke, aku minta hotel memanggil taksi. Kamu tenang saja. Sebentar lagi aku jemput.]

Widi membuktikan janjinya, lima menit kemudian dia muncul di depan pintu kamar Cassandra. Dalam keadaan normal, mungkin Cassandra akan mengagumi betapa cekatan dan gesitnya Widi. Tetapi untuk sekarang, dia berkelahi dengan waktu.

Taksi pesanan Widi menunggu di lobi. Lithania terus menangis, tetapi semakin lemah saja.

"RS Royal Uluwatu, Pak. Cepat, anak saya kesulitan bernapas," perintah Cassandra.

"Apa kamu sudah mengabari suamimu?" Widi bertanya sekaligus mengingatkan.

"Dari tadi aku hubungi nggak bisa," balas Cassandra serak. Matanya sembap. Dia menghapus air mata yang terus mengalir deras.

"Sebaiknya kamu kabari suamimu, Cass. Bilang juga kamu bersamaku. Biar kugendong Litha."

Cassandra menurut. Dia kembali menghubungi Hamizan dan tetap saja sia-sia.

"Ham, Lithania sakit. Sekarang aku di RS Royal Uluwatu. Aku nggak bisa datang ke peresmian resto. Ada Widi yang menemaniku." Cassandra menyerah dan memilih menyampaikan pesan suara. Tenggorokannya serasa tersumbat batu besar.

Hamizan akan kecewa Cassandra tidak hadir, padahal dia sudah menyiapkan backless dress hijau emerald rancangan perancang kelas dunia. Untuk Lithania, disiapkan juga gaun sarimbit. Indah dilihat mata, cantik saat difoto. Namun Cassandra tak mempedulikan kecantikan fisik. Air matanya tak henti menetes.

Setibanya taksi di lobi rumah sakit, Widi melompat turun menginformasikan pada tim medis mengenai keadaan Lithania.

Tim medis di ruang UGD bertindak cepat, berjuang menyelamatkan nyawa Lithania. Cassandra serasa teriris melihat putrinya dipasangi selang CPAP. Keadaan Lithania memburuk dengan cepat. Bukankah panasnya sudah turun? Kenapa sekarang malah begini?

Salah satu dokter yang merawat Lithania menghampiri Cassandra dan Widi. "Apa Ibu dan Bapak adalah orang tua bayi Lithania Parama?"

Widi hendak menyanggah, tetapi Cassandra menjawab, "Benar, Dok," ucapnya seraya mengusap air mata. "Gimana anak saya?"

"Sel darah merah Lithania kurang. Sesak napasnya karena anemia. Kekurangan sel darah merah yang membawa oksigen."

"Anemia, Dok?" Istilah medis ini dikenal banyak orang. Terkadang Cassandra mengalaminya dan dia baik-baik saja. "Apa berbahaya untuk bayi, Dok?"

"Sementara kami masih pantau perkembangannya. Kami sarankan Lithania dirawat di ICU."

Cassandra mengangguk. "Lakukan apa pun yang Dokter bisa," ucapnya lantas mengeluarkan kartu nama dari tas, "Ini kartu nama saya. Kalau ada apa-apa, tolong hubungi saya. Saya harus ketemu suami saya. Sebab saya hubungi sejak tadi nggak bisa."

"Lho, ini bukan suami Ibu?" Sang Dokter memandangi Widi.

"Bukan, Dok," sahut Widi cepat agar tidak terjadi fitnah.

SEXY MISTRESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang