41. SAGARA DAN SASYA
*******
Setelah satu malam dirawat di rumah sakit, akhirnya Kiyara diperbolehkan pulang. Namun Kiyara tetap disuruh istirahat lebih banyak oleh dokter karena kandungannya cukup lemah, tidak sekuat dari sebelum insiden kemaren.
"Kamu bener gak mau balik ke rumah aja, Sayang?" tanya Tika.
Ia sempat menawarkan Kiyara untuk kembali tinggal di rumah mereka, minimal sampai putrinya itu melahirkan. Namun Kiyara menolak, perempuan itu memilih tetap tinggal di rumah barunya bersama Sagara.
"Iya, Sayang. Atau kalau gak, kamu sama Gara tinggal di rumah Mommy biar ada yang jagain," tutur Ana ikut membujuk menantunya. Ia masih khawatir dengan keadaan Kiyara.
Namun lagi-lagi Kiyara menggelengkan kepalanya. "Sebelumnya makasih Bunda, Mommy. Tapi aku sama Kak Gara mau belajar mandiri dari sekarang. Keadaan aku juga udah baik-baik aja. Jadi gak ada yang perlu di khawatirin," tolak Kiyara secara halus.
Ana dan Tika tidak bisa memaksa lagi kalau itu yang sudah menjadi keputusan final Kiyara.
"Mommy sama Bunda tenang aja, nanti aku bakal nambah ART buat bersihin rumah sama masak, jadi Ara bisa istirahat," timpal Sagara. Ia membawa tas kecil berisi pakaian Kiyara serta barang kebutuhan mereka habis bermalam di rumah sakit.
"Yaudah kalau gitu. Ki, kamu harus istirahat yang cukup dan jangan ngelakuin perkerjaan berat. Bunda gak mau kamu kenapa-napa lagi." Tika mengusap rambut putrinya lembut.
"Iya Bunda," respon Kiyara dengan senyum manis. Perempuan itu kini masuk ke dalam mobil dengan bantuan Sagara yang memapahnya.
"Gara, jagain anak Bunda," pesan Tika kepada menantunya. Dan Sagara membalas dengan anggukan patuh.
"Mom, Bun, kita duluan ya. Assalamualaikum," pamit Sagara.
"Waalaikumsalam, hati-hati."
Berhubung Ana diantar oleh sopir pribadi, jadi Tika diantar Ana pulangnya. Gibran dan Erwin kembali bekerja hari ini, jadi mereka tidak bisa menemani Kiyara. Namun dua pria itu sudah sempat menjenguk Kiyara kemaren.
***
Saat pintu rumah itu dibuka, Sagara langsung memapah Kiyara berjalan. Laki-laki itu menuntun Kiyara sampai kamar mereka. Sagara mendudukan Kiyara di atas kasur dengan pelan.
"Mau rebahan atau senderan aja?" tanya Sagara.
"Senderan, pegel kalau rebahan mulu."
Sagara mengangguk, dengan sigap lelaki itu mengambil bantal dan menaruhnya di belakang Kiyara agar perempuan itu merasa nyaman.
"Mau kemana?" Kiyara menahan lengan suaminya begitu Sagara berniat pergi.
"Ngambil laptop."
"Mau kerja? Ke kantor?" tanya Kiyara lagi.
Sagara tersenyum lalu mengusap rambut Kiyara lembut. "Kerja di rumah. Yakali gue ninggalin lo sendirian pas sakit kayak gini."
Mulut Kiyara membentuk huruf O tanda mengerti. Ia mengangguk-angguk kecil membiarkan Sagara berkerja.
Sagara membawa laptopnya ke kasur duduk di sebelah Kiyara. Ia meraih remot kemudian menyalakan televisi untuk mengisi keheningan di ruangan itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
SAGARA [END]
Teen FictionSemua manusia memiliki rencana untuk masa depannya, tercapai atau tidaknya hanya takdir yang dapat menentukan. Cerita ini berkisah tentang dua anak manusia yang harus terjebak dalam ikatan pernikahan tanpa didasari rasa cinta di dalamnya. Sagara dan...