44~ Aku bisa apa?

129 19 0
                                    

Kini Leon mengajak Eneli bolos dan membawanya ke taman yang di penuhi bunga, taman ini cukup sepi sebab hari ini bukan hari libur.

"En,mungkin dulu gua sempat berfikir untuk membenci lo dan menjauhi lo, tapi di saat gua tau lo punya masalah yang sangat menyakitkan dan cobaan yang sangat perih, dan gua baru sadar lo sebenarnya orang baik tapi lo cuman mau di sayangi di, perhatikan tetapi cara lo sangat beda dan buat orang lain benci sama lo," jelas Leon yang membuat Eneli yang duduk di sampinnya hanya bisa terseyum sendu.

"Gue salut sama lo, dalam cobaan apapun lo tetap kuat dan lo menanggung beban sebesar ini sendiri, dan penyakit lo ini sendirian tampa ada orang yang tau," lanjut Leon, kini Eneli menyandarkan kepalanya di bahu kekar milik Leon.

"Gua bisa apa? Selain menutupi semuanya, gua gak mau mereka kasihan sama gue dan pura pura menyayangi gua, mereka semua gak ada yang sayang sama gua, hanya Em dan Em gua benci sama Em, sampai kapan pun gua akan meneruh kebencian itu di dalam hati gua," jawab Eneli semberi menghapus air matanya.

"Lo salah En, mana mungkin tidak ada orang yang sayang sama lo, orang tua lo pasti sangat sayang sama lo, lo harus ceritain tetang penyakit lo ini, setidaknya sama orang tua lo," ucap Leon, yah Leon memang sempat jahat sama Geng Stander apa lagi sama Gavin, tetapi selama lima bulan hanya Leon yang selalu ada di sampin Eneli.

"Awww," rintih Eneli saat merasakan sakit di perutnya lagi, itu sangat nyilu dan sakit.

"Kenapa?" Tanya Leon yang kini mulai khwatir.

"Perut gue sakit banget gue gak bisa nahan lagi," jawab Eneli setengah meringis dan memegang perutnya yang sangat sakit, kini air matanya keluar akibat menahan sakit.

"kita kerumah sakit sekarang," ucap Leon tetapi Eneli menahanya.

"Gua gak sanggup lagi, ini sangat sakit Leon, sakit sekali," ucap Eneli menangis menahan sakit di perutnya yang bagaikan di cincang cincang, tidak ada aba aba, Leon langsung menggendong Eneli ala ala Brydal style. Eneli yang kini pandangannya sudah gelap dan sudah tak sanggup menahan rasa sakit di perutnya dan kini matanya mulai tertutup badanya sangat lemas.

Leon berlari ke arah mobilnya sambil menggendong Eneli yang sudah pinsang tak berdaya, Khwatir itu yang di rasakan Leon, Leon sayang sama Eneli dan Emeli Leon sudah mengaggap Eneli dan Emeli sebagai adiknya, tanggung jawabnya.

Sesampai di lobi rumah sakit Leon kemudian turun dan menggendong Eneli tampa menggunakan Brangkar, itu hanya membuang buang waktu dan lebih baik Leon berlari menuju IGD.

"Dokter Raffi selamatkan En dok, saya gak mau En kenapa napa," ucap Leon setelah membaringkan En di atas brangkar.

"tenang saja , saya akan melakukan pemeriksaan sesuai kemampuan saya," jawan Dokter Raffi, Leon hanya mengagguk dan memilih untuk keluar ruangan dan menunggu di luar.

Dua pulu menit akhirnya dokter pun keluar dengan wajah senduh, mungkin? Tidak Leon gak bisa berfikir macam macam, Eneli pasti baik baik saja.

"Dok," panggil Leon sebab Dokter Raffi sedari tadi tidak angkat bicara.

"Maaf, Eneli kini keritis dan Eneli harus di pindahkan ke ruang ICU agar Eneli mendapatkan tindakan lebih lanjut lagi," jelas Dokter Raffi membuat Leon menghele nafas.

"Dan keluarga Eneli harus tau, minimal orang tua Eneli," lanjut dokter Raffi.

"Tapi dok, gimana caranya bahkan En gak mau kalau ada orang lain yang tau tentang penyakitnya," jawab Leon.

"Atau begini saja, En akan di masukan ke ruang ICU jika dalam jangka dua hari En belum membaik maka mau tidak mau keluarga En harus tau tentang ini," jelas dokter Raffi yang di anggukin Leon.

Sudah dua hari Eneli di rawat di ruang ICU tetapi Eneli belum saja sadar membuat Leon sangat khwatir apa lagi ini sudah dua hari Eneli tidak pulang keruamah pasti Eneli di cari cari oleh orang tuanya, dan Leon harus mencari alasan sebab terakhir Eneli pergi itu bersama dirinya.

"En gua mohon lo harus bangun, lo cewek kuat En udah dua hari lo gak sadar kalau lo gak bangun bangun maka jam tuju malam nanti semuanya akan terbongkar," ucap Leon tampa ada balasan dari seseorang yang tertidur pulas di atas Brangkar dan bergai alat di tubuhnya seperti selang infus, alat pembatu pernafasan dan lain sebagainya.

"Gu gua ud dah ban gun lo te enang a ja," ucap seseorang yang kini sangat lemah dan berbicara sangat lambat membuat Leon menoleh dan terseyum.

"En," panggil Leon menggengam tangan Eneli, Eneli hanya terseyum dan mengagguk.

_TwinsGirl_

I'm ~ Twins Girl [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang