⚜
Aku adalah gadis muda, bermartabat, cantik dan memiliki jiwa nakal khas anak-anak pada umumnya.
Saat ini, aku baru saja memasuki sekolah dasar untuk pertama kalinya, setelah sarapan bersama ibu asuh aku segera di antar oleh sang supir Pak Tono.
Bagiku ibu asuh dan Pak Tono sudah seperti keluarga, seperti ayah dan ibu kedua. Yang dapat berperan dengan baik menjadi orang tua, lebih baik dari pada orang tuaku.
Umurku baru 10 tahun, selama tiga tahun terakhir aku bersekolah di rumah. Semua orang mengatakannya sebagai homeschooling.
Alasan kenapa aku bisa berada di sekolah ini saat ini, adalah karena aku sudah menyelesaikan kelas etika ku bersama ibu asuh.
Maka dari itu, ini adalah debut pertamaku di sekolah, sebagai seorang siswi yang akan mengenal teman.
"Halo, perkenalkan. Nama saya Ratu Ayu Evelina" Ucapku tersenyum menatap seisi kelas yang tampak langsung heboh saat aku masuk di hari pertama.
Namun ada satu orang anak yang menarik perhatianku, anak dengan rambut hitam tak terawat, baju lusuh nan kumal, dan jangan lupakan tempat duduk paling pojok tempat para anak-anak tertindas berada.
"Hey, Ratu. Ayo duduk bersamaku!" Ucap salah seorang anak perempuan tampak ramah kepadaku, namanya Melani.
Aku menganggukkan kepalaku menyetujuinya dan duduk di bangku dengan tenang. Pelajaran mulai berlanjut, aku selalu menjawab pertanyaan dari guru, bisa di bilang aku adalah siswi paling pintar di sini.
"Anak-anak, siapa yang bisa menjawab. Akar kuadrat dari enam puluh empat adalah berapa?"
Aku melirik sekeliling, mereka tampak bingung dan bengong.
"Aneh, padahal soal ini sangat mudah" Gumam ku berdecak dan mengangkat tangannya.
"Hasilnya 8" Jawabku membuat ibu guru bertepuk tangan.
"Baiklah, pelajaran kita sudah selesai. Silahkan keluar untuk bermain, anak-anak" Ujar ibu guru.
Aku segera merapikan buku-buku ku dan segera berjalan menuju kantin, namun anehnya tak ada seorang pun yang ingin pergi bersamaku.
"Hey, dia anak baru yang sok pintar itu, kan?" Bisik salah satu murid.
"Iya, sok pintar banget, yah. Pasti haus akan pujian guru"
"Dasar pencari perhatian" Cibir para murid membuat Ratu mengepalkan tangannya erat.
Rasanya kepalaku mendidih mendengar ocehan mereka. Untuk pertama kalinya, ucapan ibu asuh yang mengatakan bahwa seorang gadis bermartabat harus anggun dan sabar, hancur seketika.
"Bocah-bocah sialan ini!"
BUGHH
Semua orang mendadak menatap kearah kami, aku menepuk-nepuk rok merahku dan tersenyum lega. Bocah sialan itu berhasil ku taklukan dalam satu pukulan.
"Da-dasar! Gue bakalan aduin hal ini kepada guru!" Ucapnya tampak memegangi wajahnya dan hendak menangis.
Aku merotasikan bola mataku malas. "Ya.. Ya.. Ya, adulah sesukamu. Dasar pengadu" Ucapku langsung melangkah menuju kantin, dengan tampang kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
I'M ANTAGONIS
Teen Fiction"Lo lagi-lo lagi. Bosen banget gue liat muka lo!" Bentak Ratu kepada seorang lelaki didepannya. "Seharusnya gue yang bilang begitu" Lelaki bernama Raja itu merotasikan bola matanya malas. "Awas aja ya lo! Sekolah ini, bakalan gue kuasai!" Tantang...