56

29 4 5
                                    

Author Pov

Rania tidak pernah menyangka bahwa hal ini akan terjadi dalam hidupnya, apalagi di umurnya yang baru menginjak 21 tahun, beberapa bulan yang lalu.

"Kak?"

"Kak Ia?

"Kak Rania!"

"E-eh iya, kenapa Fan?"

Fano mengernyitkan dahinya, "Kak kenapa sih? Dari tadi aku panggil ngga dijawab."

"Ini nih, aku ngga ngerti soal yang ini," lanjut adik sepupunya itu sambil menunjuk soal fisika yang tidak ia mengerti.

Rania menghela nafasnya, ia benar-benar tidak bisa berpikir dengan jernih.

"Fan, kamu kerjain yang bisa dulu aja. Kalo ga tau caranya, bisa liat di catatan kakak atau punya kamu. Nanti kita bahas soal yang ngga kamu ngerti."

Fano mengangguk, ia tidak ingin menganggu kakak sepupunya itu. Gadis itu terlihat sedang banyak pikiran.

"Tapi aku mau nginep disini, yah?"

Rania menaikkan sebelah alisnya, "Why?"

"They're fighting again, it's so loud and make me can't concentrate."

Gadis itu mengangguk, lalu bangkit dari duduknya dan berjalan ke dapur. Ia berniat untuk memanaskan pizza yang dibeli oleh Fano tadi siang.

Fano berdecak ketika terus merasakan getaran dari hp yang ada di atas meja makan, itu hp Rania. Fano ingin mengabaikan getaran itu, tapi ia mulai jengah hingga akhirnya ia menghampiri Rania untuk memberikan hp-nya.

"Dari tadi ngegeter terus, kayaknya ada telpon penting." Lalu laki-laki itu pergi begitu saja.

Rania menatap layar hp dengan foto kekasihnya sebagi latar. Untuk ke sekian kalinya ia menghela nafas lagi.

Kak Chandra

Kamu kemana? Kok telpon aku ngga diangkat?

Maaf kak, tadi aku lagi di dapur

Hp-nya ada di ruang makan

Can I call you now?

Ya

Rania langsung mengangkat panggilan dari kekasihnya itu.

"Udah makan?" tanya penelpon.

"Udah, tapi mau ngemil."

"Kamu... Masih mikirin apa yang kakak bilang beberapa hari yang lalu?"

Rania terdiam, "Iya."

"Ada masalah sama apa yang kakak bilang waktu itu?"

"Ha... Aku kan udah bilang kalo Mama ngga akan semudah itu ngizinin kamu ngelamar aku."

"Terus..." Rania menggantung ucapannya.

"Terus apa?" tanya Chandra.

"Aku... Masih belum percaya sama hubungan serius kayak gini."

Keduanya terdiam beberapa saat.

"Kamu belum cerita apa-apa tentang kenapa kamu ngga percaya sama hubungan yang serius."

"Aku mau cerita, tapi ngga lewat telpon. Kita ketemuan, lusa. Bisa?"

"Oke, aku jemput kamu di apartment, ya."

"Siap."

Mereka meneruskan obrolan dengan pembahasan ringan, lalu telpon ditutup karena Chandra harus mempersiapkan diri untuk sidang skripsinya.

Five Girls With LuvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang