33

29 4 4
                                    

Johnny Pov

“Ayo berangkat,” ucapku pada Destiny.

Dia mengangguk lalu berdiri sambil membawa tas selendangnya.

Aku tau, adik bungsu ku ini pasti tidak ingin pergi ke Canada. Tempat itu menyimpan banyak kenangan buruk baginya. Sebenarnya aku dan Ghanny sudah berbicara kepada Papa untuk tidak membawanya, tapi Papa tetap keukeuh dengan keinginannya.

“Ga ada yang ketinggalan kan? Passport? Tiket?” tanya Ghanny.

“Engga, udah siap semuanya,” jawab Destiny.

“Ayo ah Bang, nanti kita ketinggalan pesawat,” lanjutnya.

Akhirnya kami pergi ke bandara. Sesampainya di bandara kami melakukan check in dan lainnya.

Masih ada sekitar 30 menit sebelum pesawat kami berangkat. Kami memutuskan untuk pergi ke kantin bandara.

“Udah pamit sama temen-temen kamu?” tanyaku pada Iny.

“Dek?” sahut Ghanny.

“Ah iya? Apa Bang?” tanya Destiny.

“Kamu udah pamit sama temen-temen kamu?”

“Udah,” jawabnya.

“Pesawat kita udah mau berangkat,” ucap Ghanny setelah lama hening di antara kami bertiga.

Kami akhirnya masuk ke dalam pesawat setelah ada pemberitahuan.

Saat pesawat lepas landas, aku hanya berharap bahwa kami sampai dan pulang dengan selamat, tanpa harus mengulang kenangan buruk seperti lima tahun yang lalu.

Johnny Pov End
----------------------
Author Pov

Alena, Keisha dan Alice sedang memikirkan tentang kedua teman mereka.

"Firasat aku ga enak," gumam Alena.

"Jangan ngomong gitu," balas Alice.

"Salah satu dari mereka kayaknya bakalan ada yang dalam bahaya," sahut Keisha.

"Atau dua-duanya dalam bahaya," lanjutnya.

"Kita harus mikir yang baik-baik buat sekarang. Rania udah mulai ada titik terang dan kesempatan kita cuma sekali buat nyelametin dia. Kalo Iny... Aku yakin, keluarganya pasti bisa jagain dia lebih dari kita," ucap Alice.

Keisha dan Alena mengangguk, mengiyakan ucapan Alice.

"Pak Arka bilang, mereka bakalan nyelametin Rania sore ini. Kita juga harus siap-siap buat bantu mereka. Kita berangkat dari rumah Alena," jelas Alice setelah mendapatkan pesan dari Arka.

Mereka kemudian pergi ke rumah Alena dan bersiap untuk membantu menyelamatkan Rania.

Sedangkan di tempat lain, Arka dan Sean sedang meretas cctv yang ada di lantai 12.

"Hahhhhh udah Bang," ucap Sean sambil menghela nafas.

"Kita tinggal siap-siap peralatan buat ngelawan siapa tau dia nyiapin anak buahnya," balas Arka.

Sean mengangguk, lalu mereka pun mulai menyiapkan alat-alat yang bisa digunakan untuk melawan anak buah Hadyan.

"Lo punya tongkat baseball?" tanya Sean sambil mengangkat tongkat baseball yang ia pegang.

"Itu baru gue beli sebulan yang lalu pas keponakan gue pengen main baseball, tapi karena dia ga mau main lagi jadi ya gue bawa kesini dan ga ke pake. Tapi sekarang jadi berguna sih," jelas Arka.

Five Girls With LuvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang