37

24 4 11
                                    

Destiny Pov

Aku menatap malas ke arah sarapan yang tersaji-waffle dengan madu. Setelah memakan sarapan ku, walaupun malas. Aku langsung mandi dan bersiap karena kami akan ke makam mendiang Mama.

Setelah bersiap-siap dan menunggu Papa selama satu jam, kami akhirnya pergi ke makam Mama. Makam yang tidak pernah aku kunjungi sejak Mama meninggal.

Papa menjadi orang pertama yang meletakkan bunga di pusara Mama sambil berdo'a kemudian sedikit berbincang tentang dia yang merindukan sosok wanita yang ia cintai itu. Lalu dilanjutkan oleh Bang Johnny dan Bang Ghanny dan terakhir aku.

Saat bagian ku, hanya Bang Ghanny yang ada di sebelahku, karena mereka tau aku tidak suka menangis di depan banyak orang.

"Ma, Destin dateng. Maaf ya Destin ga pernah dateng ke sini, Destin masih takut Ma. Semuanya masih terekam jelas di memori Destin. Oh iya, Destin kangen Mama, rasanya berat banget hari-hari tanpa Mama," ucapku setelah berdo'a dan meletakkan bunga.

"Tapi ngga apa-apa, masih ada Papa, Bang Johnny sama Bang Ghanny. Mereka bakalan jagain Destin, Mama juga jagain Destin kan dari atas sana. Huft! Harusnya Destin ngga takut lagi! Hiks... Tapi Ma, Destin takut."

Tubuh ku bergetar karena menangis, dengan sigap Bang Ghanny memelukku sambil membisikkan kata-kata penenang.

"Udah? Mau pulang sekarang?" bisik Bang Ghanny.

"Ma, Destin sama yang lain pulang dulu ya. Kita selalu do'ain Mama kok, kita juga tetep sayang Mama. Mama tetep jadi yang terbaik. Ma, Ich liebe dich. Wir lieben dich. Wir gehen nach Hause. Auf wiedersehen, Mama," pamitku.

Bang Ghanny menggandeng ku dari pusara Mama sampai ke dalam mobil.

Kami harus segera pulang karena kata Papa, kita akan mendatangi sebuah acara.

Destiny Pov End
-------------------
Author Pov

Setelah sampai di rumah, Destiny langsung masuk ke kamarnya dan mandi.

Setelah mandi, gadis itu merasa bosan sehingga ia memutuskan untuk berjalan keluar rumah.

"Ah ada permen kapas! Aku mau beli ah!" ucap Destiny.

Ia harus menyebrang terlebih dahulu karena penjual permen kapas itu ada di sebrang jalan yang ia lewati.

Setelah memastikan bahwa lampu lalu lintas menandakan bahwa orang boleh menyebrang, gadis itu pun melangkahkan kakinya. Tapi entah kenapa tiba-tiba saja ada motor yang menabraknya, membuatnya terjatuh dengan tangan kiri yang menahan tubuhnya.

"Arghh Mama," gumam Destiny.

"Nona!" teriak bodyguard yang mengikuti Destiny dari belakang.

Bodyguard itu langsung menggendong Destiny dan membawanya ke rumah.

"Maaf jika saya lancang Nona," gumam sang bodyguard-Raven.

"Sshhh, tidak apa-apa. Tapi tangan ku sakit sekali, ssshhh," balas Destiny.

"Dia kenapa?!" tanya Ghanny.

"Maaf Tuan, Nona Destiny tertabrak dan jatuh. Maafkan keteledoran saya Tuan," jelas bodyguard itu sambil menunduk.

"Hah... Sudahlah, ayo antarkan kami ke rumah sakit terdekat," balas Ghanny.

Raven pun mengangguk lalu dengan gerakan cepat menyiapkan mobil yang akan mereka sampai.

"Sshhh, sakit," gumam Destiny.

Five Girls With LuvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang