38

20 4 16
                                    

Author Pov

Setelah Raven menebus obat untuk Destiny di bagian farmasi, mereka pun pulang ke rumah.

"Abang mau kemana?" tanya Destiny saat melihat Johnny yang buru-buru masuk ke dalam mobil.

"Ada urusan sebentar," balasnya.

Cup.

"Lain kali hati-hati ya sweetie," lanjut Johnny setelah mencium kening adik perempuannya itu.

"Hm. Hati-hati Bang."

Lalu mereka pun masuk ke dalam rumah.

"Dek, tau ga malem ini kita mau ketemu sama siapa?" Ghanny bertanya sambil berjalan ke arah dapur.

"Engga. Lagian ga peduli juga mau ketemu sama siapa. Bukan urusan Adek," balas Destiny cuek.

"Gi-" ucapan Ghanny terpotong oleh suara Destiny yang berbicara dengan Raven.

"Bang Raven! Beliin permen kapas di tempat yang tadi ya, masih pengen hehe," pinta Destiny.

"Baik Nona. Ingin yang warna apa?"

"Err... Pink, bentuknya bintang sama hati."

"Baik Nona, saya permisi."

"Abang tadi mau ngomong apaan?" tanya Destiny setelah Raven pergi.

"Hm ga jadi deh, biar jadi kejutan aja. Oh iya! Abang dapet kabar dari temen-temen kamu."

"Tapi kamu harus tenang dan ga boleh tiba-tiba minta pulang," lanjut Ghanny memperingatkan.

Destiny hanya mengangguk, walaupun di dalam hatinya ia penasaran juga ketakutan.

"Mereka berhasil nyelametin Rania, Hadyan sama anak buahnya juga udah ditangkep polisi. Tapi... Alice ke tembak di dadanya."

Deg.

"Jangan sampe kena ke jantungnya," batin Destiny.

"Beruntung pelurunya ngga nembus ke jantung, cuma karena kondisi jantungnya yang emang udah lemah bikin kondisi dia ngga bisa dibilang baik-baik aja. Detak jantungnya masih lemah dan dia masih belum sadar sampe sekarang."

Destiny hanya diam, mencoba menerima semua penjelasan dari Abangnya itu.

"Bodyguard yang kita kirim juga tumbang semua karena dijebak dan cuma sedikit yang mereka bawa. Tapi katanya, keadaan Alice membaik dari hari ke hari."

"Kita bakalan pulang setelah semua acara yang disini beres. Papa juga udah nyuruh kamu cepet pulang karena disini mulai ngga aman." Kalimat terakhir hanya Ghanny ucapkan dalam hati karena tidak ingin membuat adiknya itu tambah takut.

"Dia ga harus dapet donor jantung kan?" tanya Destiny sambil memandang kosong ke arah depan.

"Engga kalo dia bisa jaga kesehatan jantungnya. Yeah, kita harus bantu dia buat jaga kesehatan jantungnya."

"Mereka juga sempet nanyain kamu, Abang bilang kamu baik-baik aja dan hp kamu lagi disita sama Bang John."

"Hm, nanti Iny minjem hp Abang buat ngabarin mereka."

Ghanny hanya mengangguk sambil memindah-mindahkan saluran TV.

"Nona, ini pesanan Anda," ucap Raven sambil membawa dua permen kapas.

"Oh! Makasih Bang Raven!" balas Destiny dengan riang.

Raven tetap berdiri di samping agak belakang Destiny.

"Bang Raven mending duduk disini aja."

"Tapi..."

"Ga apa-apa kok Bang," sahut Ghanny sambil mencomot permen kapas milik adiknya.

Five Girls With LuvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang