17

34 4 4
                                    

Author Pov

"Cepetan dikit jalannya dong, Dek," ucap lelaki tinggi dengan setelan jas formalnya.

"Ck, bentar dong Bang. Susah nih jalannya, lagian kenapa sih aku harus pake highheels segala? Kan bisa pake sneack-" jawaban gadis yang dipanggil 'dek' tadi, di potong oleh lelaki lain yang ada di sebelahnya.

"Biar keliatan anggun."

"Anggun tapi susah jalan mah percuma," jawab gadis itu.

"Sstt... Udah ah, jalan aja. Malu diliatin orang lain."

Mereka pun berjalan menuju meja yang sudah dipesan oleh salah satu kolega perusahaan mereka.

"Ah, kalian sudah datang," ucap lelaki paruh baya yang sudah ada di meja tersebut.

"Maaf kami terlambat, Om Wijaya," sesal Johnny.

"Tidak apa-apa, silahkan duduk. Kami sudah memesan beberapa makanan terbaik disini."

Johnny dan kedua adiknya pun duduk di kursi yang sudah disediakan.

"Om, Tan, kenalin ini Destiny adik bungsu saya dan ini Ghany, adik pertama saya," ucap Johnny.

"Halo Om, Tante," ucap Ghany dan Destiny.

Setelah perkenalan singkat tersebut, Destiny menatap ke arah makanan yang sudah dipesan oleh kolega Abangnya itu.

Ada berbagai macam jenis sushi, tapi semuanya menggunakan toping dengan bahan mentah.

"Bang, pesen yang lain boleh ga?" tanya Destiny sambil berbisik ke arah Johnny.

Johnny terdiam sebentar, melihat makanan yang sudah dipesan, lalu berkata,

"Boleh, pesen aja yang kamu mau. Nanti tagihannya Abang yang bayar," jawab Johnny setengah berbisik.

"Maaf, boleh saya minta buku menunya," ucap Ghany kepada pelayan dengan inisiatifnya sendiri.

"Ini, Tuan," jawab pelayan.

Ghany memberikan buku menu itu kepada Destiny, saat sedang memilih makanan yang ingin ia pesan Destiny dikejutkan dengan suara seseorang.

"Maaf telat," ucap lelaki itu.

"Lingga?" tanya Ghany spontan.

"Duduk, Ga," titah wanita yang adalah ibunya Lingga.

Seakan sadar bahwa ada pelayan yang sedang menunggu pesanannya, Destiny pun kembali mengalihkan atensinya pada buku menu.

"Saya mau udang tempuranya satu, matcha lattenya satu yang ukuran large, sama em... Bbibbimbap tanpa daging dan telurnya satu. Oh iya, cake matchanya satu tapi dibungkus. Err... Disini ada roti ikan?" tanya Destiny.

"Ada, kita punya empat varian rasa. Ada kacang merah, custard, coklat dan matcha," jawab pelayan.

"Saya mau pesen semua rasa, masing-masing satu buah. Untuk yang dibungkusnya semua rasa, masing-masing dua buah," ucap Destiny.

Pelayan itu mengangguk sambil menyebutkan kembali makanan yang dipesan oleh Destiny.

"Ada yang lain?" tanya pelayan.

"Engga, udah itu aja," jawab Destiny.

"Maaf Tan, Destiny harus pesan makanan yang lain karena dia tidak bisa memakan makanan laut ataupun daging yang masih mentah," ucap Johnny.

"Oh, maaf, Sayang. Tante ngga tahu," sesal tante Wina.

"Engga apa-apa Tante," jawab Destiny.

Selagi menunggu pesanannya datang, Destiny sibuk memperhatikan interior restoran.

Five Girls With LuvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang