62

9 2 0
                                    

Author Pov

Alice membuka matanya perlahan, ia terbangun karena suara alarm dari hp milik Edo.

"Masih jam enam," gumamnya.

Tapi ia tetap bangkit dari tidurnya dan menuju ke kamar mandi, meninggalkan sang adik yang masih tertidur di karpet bulu yang ada di ruang tamu.

Tadi malam keduanya memutuskan untuk tidur di ruang tamu, setelah marathon menonton film. Terlalu malas berpindah ke kamar, katanya, dan agar jika terjadi sesuatu bisa cepat diketahui oleh keduanya.

Ia membasuh wajahnya, lalu membenarkan ikatan rambutnya yang sudah sangat acak-acakan.

Gadis itu berjalan gontai ke arah dapur, membuka lemari es guna melihat bahan yang akan ia jadikan untuk sarapan.

Sebenarnya ia malas untuk memasak, tapi Edo harus sarapan karena tadi malam ia bilang hari ini ada kelas pagi, dan adiknya itu tidak ingin sarapan di kantin fakultasnya. Jadilah Alice terpaksa memasak sarapan untuk mereka berdua.

Setelah selesai sarapan dan membereskan rumah, Alice segera mandi dan bersiap untuk pergi ke apartemen Rania. Mereka janjian bertemu pukul 9 atau 10 pagi, dan kini sudah pukul setengah 9, ia masih ada waktu sekitar satu setengah jam lagi.

Pukul 9 tepat ia baru berangkat, setelah mengabari para sahabatnya bahwa ia akan tiba sekitar pukul 10 kurang, ia kembali fokus pada jalanan.

Tidak macet memang, tapi jalanan tetap dipadati oleh kendaraan.

Sekitar 45 menit kemudian, ia tiba di apartemen Rania. Sudah ada ketiga sahabatnya yang lain di sana.

Alice mengedarkan pandangannya, melihat banyak sekali souvernir, juga kartu undangan yang masih terikat rapi di dekat meja tv.

"Kita mau ngerjain yang mana dulu?" tanya Destiny.

"Gimana kalo namain undangan dulu? Soalnya itu yang paling lama keknya," jawab Keisha.

"Bener, ya udah kita bagi aja ya, tiap orang dapat 100 undangan. Ran, ada daftar nama orang yang diundangnya 'kan?" tanya Alena.

"Ada, sebentar aku kirim ke kalian filenya," jawab Rania.

Yang lainnya mengangguk. Lalu Alice mengambil tumpukan undangan yang ada di dekat meja tv.

"Ini satu iket ada 100 undangan, jadi tiap orang dapet satu iket," ucap Alice yang telah menghitung jumlah undangan.

"Oke," jawab Alena.

Setelah undangan dibagikan pada setiap orang dan Rania juga sudah mengirimkan file berisi nama-nama orang yang akan diundang, serta pembagian sudah dilakukan, jadi kini mereka tinggal mengerjakannya.

"Kamu ngundang berapa orang, Ran?" tanya Keisha.

"Sekitar... 1000 orang mungkin? Tapi kebanyakan pake undangan digital, jadi yang pake undangan gini cuma sedikit," jelas Rania.

Hampir dua jam mereka menuliskan nama di undangan itu, akhirnya mereka selesai dan memutuskan untuk makan siang bersama dulu.

"Makanan datang~~" ucap Destiny yang membawa beberapa bungkus makanan bersama dengan Alena.

"Yuk, makan siang dulu. Hari ini aku yang traktir," sahut Rania.

"Asiiik," balas Keisha.

Lalu kelima gadis itu pun makan sambil mengobrol. Terkadang mereka juga bercanda dan membicarakan perkembangan hubungan mereka.

Alice melihat jam yang menunjukkan pukul dua siang, ia segera bangkit dari duduknya dan mengemasi barang-barangnya.

"Mau kemana-mana? Kok buru-buru banget?" tanya Destiny yang tiduran di sofa.

Five Girls With LuvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang