1

295 8 3
                                    

Destiny Pov

LINE

Alice
Kenapa harus ke Belanda?

Arkaaff
Karena mau?

Alice

Kenapa ngga di Indonesia aja? Kan banyak universitas bagus disini.

Arkaaff

Kenapa harus di Indonesia kalau bisa di Belanda?
Kamu kok kepo banget sih?

Aku menatap layar ponsel Alice yang masih menyala menampilkan ruang chat dirinya dan Arka.

Alice diam, tampaknya kata-kata Arka agak menyinggung perasaannya.

"Hai Kak Alice," sapa seseorang.

Alice masih diam, sampai aku menepuk pelan tangannya dan dia bilang,

"Ah, iya?" tanya seseorang yang menyapa tadi.

"Tuh ada yang nyapa," jawabku.

"Oh, hai juga Drian," sapa Alice.

Drian hanya tersenyum manis yang mana malah bikin aku bosen banget liatnya.

Drian sudah duduk di depan Alice, sebentar lagi pasti dia akan melontarkan banyak pertanyaan kepada orang di depannya-Alice.

"Kak, udah sarapan?" tanya Drian.

"Ck klasik," ucapku dalam hati.

"Udah," jawab Alice seadanya.

"Udah ngerjain tugas kuliah?"

"Ga ada tugas."

"Kok malah jadi kayak introgasi ya?" pikirku.

"Udah punya jawaban buat ajakan ku untuk nonton film kemarin?"

"Maaf, Dri. Tapi aku ga bisa, udah ada janji sama temen-temenku."

"Mampus ditolak," ujarku dalam hati.

Aku berdiri dari dudukku, tapi Alice menahan lenganku,

"Mau ke tukang siomay, lapar, kamu mau engga?" tanyaku.

Alice menggeleng lalu melepaskan genggamannya. Dia terlihat sebal karena ku tinggal berdua dengan Drian.

Aku berjalan sedikit cepat, tidak ingin berlama-lama saat melewati meja yang diisi para seniorku.

Ponselku bergetar, menandakan adanya pesan masuk dan benar saja, ada pesan masuk dari kontak bernama Rania.

Aku berjalan lagi lalu berhenti saat melihat ada benda menggelinding dan berhenti tepat di depan sepatuku.

"Wah gila! Tepat sasaran nih, Kal!" teriak laki-laki yang ada di salah satu meja dekat dengan tempatku berdiri.

Aku menunduk, mengambil benda itu-cincin-lalu berjalan ke meja laki-laki yang berteriak tadi.

"Ini cincinnya," ucapku.

Aku sedikit menunduk lalu berjalan seperti biasa setelah agak jauh dari meja tadi.

Baru saja sampai di depan tukang siomay, aku sudah merasakan ada yang merangkul pundakku.

Ku tolehkan kepalaku ke arah kanan dan wajah tampan serta cengiranlah yang aku dapatkan.

Five Girls With LuvTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang