Alice Pov
Drrtt... Drrtt....
Aku melihat ponselku yang bergetar menandakan ada telpon masuk dan menampilkan nama Destiny.
"Halo?"
"Al, besok aku ga bisa jemput kamu. Soalnya aku berangkat sama Bang Ghany,"
"Oke."
"Jangan sampe telat, jangan begadang juga. Dah..."
"Iya, dah..."
Setelah menutup telpon dari Destiny, aku mengambil laptopku dan mulai melihat apa yang bisa ku tonton malam ini.
Keesokkan harinya~~
"Em, jam berapa sekarang?"
Aku terkejut saat melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 07.30 pagi dan 30 menit lagi kelasku dimulai.
Aku pergi bersiap-siap dengan cepat lalu mulai membereskan buku yang harus ku bawa pagi ini.
Mengambil satu lembar roti tawar, satu botol minum dan kunci mobil lalu berjalan dengan tergesa ke arah lift.
Saat sudah sampai di basement aku buru-buru mencari mobilku, lalu masuk ke dalam mobil untuk menghidupkan mesinnya.
"Arg! Kok ga hidup sih?" tanyaku pada diri sendiri.
Karena kesal dan sudah lelah mencoba, akhirnya aku menyerah untuk menghidupkan mesin mobilnya. Aku mencoba menelpon kedua abangku tapi tidak ada satu pun yang mengangkat telpon dariku.
Aku berjalan ke arah depan gedung apartment, mencoba untuk mendapatkan taksi di keadaan lalu lintas yang sedang padat ini.
Hah... Karena tidak kunjung mendapatkan taksi, terpaksa aku harus naik bus dengan keadaan yang sudah berdesakan.
Aku melihat jam tanganku, masih ada waktu 10 menit lagi sebelum kelas dimulai, tapi busnya berjalan dengan lambat karena lalu lintas yang sedang padat.
"Lima menit lagi," gumamku.
Aku sedikit berlari dari gerbang depan menuju gedung kuliah bersama yang letaknya cukup jauh dari gerbang depan. Karena kelasku berada di lantai dua, aku harus menaiki tangga dengan langkah lebar agar cepat sampai.
Saat aku sampai di depan pintu kelas, aku menghela nafas dan bersiap untuk membuka pintu kelas.
Cklek...
Aku melihat ke arah dalam kelas dan untungnya belum ada dosen yang datang.
Dengan tergesa aku memasuki kelas dan duduk di bangku paling belakang di sudut ruangan.
Destiny duduk di bangku di depan ku, dia membalikkan badannya menghadapku dan tampak seperti akan berbicara tapi tidak jadi karena Pak Iman-dosen psikologi klinis-sudah datang.
Aku masih menidurkan kepalaku di atas meja meskipun Pak Iman sedang berbicara.
"Karena saya ada kepentingan untuk beberapa bulan ke depan, maka saya akan digantikan oleh asisten saya. Silahkan kalian berkenalan, saya permisi," jelas Pak Iman lalu pergi keluar kelas.
"Nama saya Arka Fandri Al Fattan, kalian bisa memanggil saya Arka."
Aku mendongak saat mendengar nama asisten dosen itu.
Aku masih menatapnya dengan tidak percaya sampai suaranya menghentikan kegiatanku.
"Silahkan kumpulkan tugas yang diberikan Pak Iman minggu kemarin," sambungnya.
Aku buru-buru membuka tas lalu mencari tugas yang harus ku kumpulkan.
"Hah... Kok ga ada," gumamku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Girls With Luv
RomanceKisah lima gadis yang bersahabat, selalu menemani dalam susah maupun senang, disertai dengan cerita keluarga dan percintaan mereka.