Author Pov
"Sini, Do. Mau ngewarnain di tembok kayak waktu itu lagi ga?"
Edo mengangguk, lalu menerima kaleng cat semprot yang diberikan oleh sang kakak. Mereka mulai menggambar sesuka hati di tembok kamar itu.
30 menit kemudian, keduanya memandang hasil karya yang mereka buat sambil tersenyum puas.
Alice menghela nafas, "Bagus ya, tapi sayang banget temboknya harus dicat ulang karena apartment-nya mau disewain."
"Yah kok gitu sih," keluh Edo yang kecewa.
Gadis di sebelahnya menganggkat bahunya, "Ga tau nih Bang Surya, seenaknya aja nyuruh Kakak keluar dan apartment-nya tiba-tiba mau disewain."
"Demo aja yuk, Kak."
Alice terkekeh, "Demo apaan sih, udah ga apa-apa. Kita cari tempat lain buat bikin yang kayak gini. Di kamar Kakak atau kamar kamu juga bisa kan?"
Edo mengangguk antusias, "Bener! Kita bikin kayak gini di kamar aku aja. Kamar aku polos banget, Bang Surya sama Kak Adil juga jarang ada yang masuk ke kamarku."
Setelah itu, keduanya membereskan cat yang mereka pakai dan menyuruh pegawai untuk mengecat ulang tembok kamar itu dan membereskan sisa-sisa barang yang ada disana.
Pukul 20.00 WIB~
Surya termenung di meja makan, berusaha untuk tidak mengeluarkan omelan karena tidak ada satu pun makanan di meja itu.
"Do, kamu tadi makan malam sama apa?"
"Makan malem di luar sama Bang Arka."
"Ga beli makanan buat Abang?"
Edo menggeleng, "Ngga, Edo kira Abang makan malem di luar juga. Jadi kita ngga beli apa-apa."
"Mau Edo panggilin Kak Alice buat masak sesuatu?"
Surya menggeleng, "Ngga deh, Abang coba masak sendiri aja."
Edo mengangguk lalu mengambil air minum yang tadi akan ia ambil sebelum Surya bertanya.
Sebelum benar-benar meninggalkan ruang makan, Edo menatap Surya dengan penuh peringatan, "Jangan sampe dapurnya ancur, ya, Bang Surya."
Surya berdecak, "Iya iya, udah sana kamu belajar atau tidur. Jangan begadang loh ya."
Edo mengangguk lalu pergi ke kamarnya.
Lagi-lagi Surya menghela nafas sambil membuka lemari pendingin, yang tersisa di sana hanya beberapa butir telur, tahu, dan beberapa sayuran.
"Jangan makan mie. Surya. Kita masak telor dadar campur tahu aja," ucapnya pada diri sendiri saat melihat beberapa bungkus mie instan di laci meja dapur.
"Kayaknya harus nyewa koki buat masak di rumah, nih," gumamnya.
Keesokan harinya~
Edo tidak tahu ini sudah yang ke berapa kalinya ia membalikkan badan, karena ia bosan tetapi lelah juga. Laki-laki itu sedang memandang langit-langit kamarnya ketika hp-nya bergetar dengan durasi yang cukup lama, menandakan bahwa ada seseorang yang menelponnya.
Dengan malas anak bungsu itupun menggerakkan badannya kearah nakas dimana hpnya berada. Terpampang nama Ken sebagai penelpon, Edo pun langsung mengangkat panggilan tersebut.
"Ada apa?" todongnya saat sudah mengangkat panggilan tersebut. Edo tampak mengerutkan dahinya ketika mendengar kekehan Ken di sebrang sana. "Ini gue matiin ya kalo lo ga ngomong mulu," ancamnya.
"Wooo tenang dulu dong, Do."
"Haa... Cabut kuy gabut banget gue, dari kemaren kerjaan cuma sekolah-les-ngerjain tugas-tidur, bosen banget." Lagi-lagi Ken terkekeh dan itu membuat Edo menghela nafas panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Girls With Luv
RomansKisah lima gadis yang bersahabat, selalu menemani dalam susah maupun senang, disertai dengan cerita keluarga dan percintaan mereka.