Rania POV
"Aku ke kamar mandi dulu ya," ucapku.
"Mau aku temenin?" tanya Keisha.
"Ga usah, aku sendiri aja," balasku lalu pergi ke kamar mandi.
Setelah keluar dari kamar mandi, aku merasa lapar dan ingin membeli jajanan yang dijual di luar bangunan ini.
Aku sengaja melewati jalan belakang, karena jika dari kamar mandi, jalan itu adalah jalan yang paling dekat.
Jalannya memang sepi dan agak gelap, tapi tidak apa-apa, aku akan berjalan lebih cepat dari biasanya.
Puk.
Aku berjengit kaget karena ada yang menepuk bahuku. Aku menoleh ke arah kanan-arah seseorang menepuk bahuku.
"Kau siapa?" tanyaku.
"Ah, maaf. Aku Caca," balasnya.
"Keponakanku Robin tadi berlari ke arah sini dan kini aku kehilangan jejaknya. Aku ingin mencarinya, tapi tempat ini terlalu luas untuk aku kelilingi sendiri. Bisakah kau membantu ku untuk mencarinya?" lanjutnya.
"Hm, baiklah."
Sebenarnya aku takut untuk membantunya, bagaimana jika dia hanya menipu ku? Tapi karena kasihan dan entah karena alasan apa lagi, maka aku membantunya.
"Kamu ke kanan, aku ke kiri. Bagaimana?" tanyanya.
Aku mengangguk, tapi sepertinya ada yang salah di sini. Kenapa aku harus pergi ke kanan jika yang paling dekat dengan ku adalah ke arah kiri. Tapi, sekali lagi aku tetap mengikuti ucapannya.
"Robin, kamu di mana. Tantemu mencari mu," ucapku sambil berteriak.
Tempat ini seperti ruang bawah tanah, meskipun bukan. Di sini banyak sekali tumpukan dus hampir di setiap sisi, jadi aku beranggapan bahwa Robin-anak yang sedang kami cari-bersembunyi di antara tumpukan kardus itu.
Aku sudah berjalan cukup jauh dari pintu keluar dekat kamar mandi tadi. Karena lelah, aku memutuskan untuk berhenti sebentar dan berdiri di depan salah satu tumpukan kardus.
Bruk!
Aku mendengar tumpukkan kardus yang jatuh, lalu langsung berlari ke arah kardus itu. Aku segera menyingkirkan kardus itu saat melihat ada anak kecil yang tertimbun kardusnya.
"Kamu baik-baik aja kan?" tanyaku.
Dia mengangguk.
"Terima kasih, tapi... Maafkan aku," ucapnya pelan.
Aku bingung kenapa dia meminta maaf. Saat aku berdiri dan hendak membawanya kembali ke Caca, ada seseorang yang membekap mulutku dengan sapu tangan yang sepertinya diolesi obat bius, karena setelah itu aku tidak sadarkan diri.
Rania POV End
-----------------------
Author POV
"Kerja bagus, sekarang kembalilah ke tantemu. Bayaran kalian ada di tantemu," ucap seorang laki-laki yang tadi membius Rania.
Robin-anak kecil yang Rania cari-berlari meninggalkan laki-laki itu. Sedangkan laki-laki tadi langsung membawa Rania masuk ke dalam mobil yang ia naiki.
"Dia lugu sekali ya, pantas saja bos suka dengannya," gumam laki-laki lain dengan rambut merah mudanya.
"Ssstt, diamlah. Kalo bos tau, kamu bakalan kena marah sama dia," balas laki-laki dengan sweater ungu.
"Bos menelpon," ucap si rambut merah muda.
"Kalian berhasil kan?"
"Ya bos, kami berhasil,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Five Girls With Luv
Storie d'amoreKisah lima gadis yang bersahabat, selalu menemani dalam susah maupun senang, disertai dengan cerita keluarga dan percintaan mereka.