2. Minuman

2.1K 808 422
                                        

vote komen banyak bayaaaak

!!!

"Bara, gue bawa minum buat lo," ujar seseorang membuat keempat cowok itu menoleh ke sumber suara.

"Tessa?" lirih Ardhan setelah melihat cewek cantik dengan senyuman khasnya mengulurkan minuman dingin pada bara.

Bara enggan menoleh apalagi mengambil minuman itu. Ia hanya membuang pandangannya ke arah lain

Reivan yang meresa tak enak langsung berkata, "letak situ aja Sa, nanti diminum Bara kok."

"Bara," panggil Tessa lagi saat tak ada jawaban dari orang yang dipanggil. Tessa cuma mau direspon sama Bara, bukan teman-temannya.

Bara tetap tidak mau memandang Tessa membuat Regal merasa kasihan dengan Tessa. Regal menggapai bahu Bara lalu menepuknya membuat sang empu menatapnya.

"Bar, terima aja," bisik Regal tapi hanya Bara yang dapat mendengarnya karna berada tepat di sebelahnya.

"Lo aja yang ambil," ucapnya setelah itu beranjak dari duduknya ingin pergi secepatnya dari sana tapi Tessa berhasil menggapai tangannya.

"Bara, kenapa sih lo selalu menghindar dari gue?" tanya Tessa membuat Bara terhenti, tapi tak ada niatan ingin membalas ucapan Tessa itu.

"Apa yang bisa gue lakuin buat lo suka sama gue Bar?" tanya Tessa lagi membuat Bara berbalik badan.

"Gak ada," jawab Bara singkat tanpa menatap Tessa yang ada di depannya.

"Jadi kalau gue diam lo bakal suka sama gue?" tanyanya lagi.

"Enggak."

"Terus gue harus apa Bar?" tanya Tessa masih berusaha santai.

"Jauhi gue." Setelah mengatakan itu Bara pergi dari tempat itu entah ke mana membuat Tessa terdiam.

Kenapa dia harus menjauhi sumber kebahagiannya? Kenapa Tessa harus menjauhi Bara? Apa gak ada cara lain selain itu?

Ardhan mengahampiri Tessa yang sedang termenung di tempat, menepuk pundaknya membuat Tessa yang sedang melamun jadi tersentak. "Lo gapapa kan Tes?"

Tessa tersenyum sendu menatap Ardhan. "Gak papa Dhan, yaudah gue masuk dulu ya. Ntar kena marah guru lagi." Tessa beranjak dari tempatnya.

"Maafin Bara ya Tessa."

!!!

"Ayo ke kaaantiiiiin," teriak Vania memenuhi seluruh kelas.

"Kantin-kantin pala lo, jam pulang bego," ucap Quenza menonjor kepala Vania yang ada di sebelahnya.

"Eh iya ya? kok gue ngerasanya cepat banget hari ini?" Vania melihat jam yang ada di atas papan tulis. Udah jam tiga lebih satu menit.

"Iya karna jamnya kosong semua," jawab Carissa sambil membereskan buku-buku dan kotak pensilnya lalu memasukkannya ke tas.

Mereka hari ini dibebaskan kerena guru-guru sedang rapat entah membahas apa, tapi tidak pula diperbolehkan pulang, bukan dibebaskan juga sih, belajar mandiri di kelas. Tapi bebas juga sih karna mereka hanya mengeluarkan buku-buku, tidak dibaca. Cuma bukunya dijadikan pajangan aja, pencitraan. Yang mereka lakukan tu bercerita, gosip, mabar, buat tiktok, konser.

"Yoklah pulang," ajak Laura membuat keempat temannya mengangguk.

"Ehhhh tunggu duluuuuu." Vania menghalangi jalan keempat temannya dengan merentangkan tangannya di pintu agar mereka tidak bisa keluar kelas.

"Apa sih van?" tanya Laura jutek.

"Nginap rumah Quenza yoook, besok kan sabtu, libooooor," ajaknya membuat teman-temannya berfikir sejenak apakah mereka ada urusan setelah ini? Tapi apa juga urusan mereka, kan mereka gak orang sibuk, gak penting juga, gak ada yang nyari, kasihan jomblo semua kecuali Carissa.

TRISTE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang