vote komen yaa
!!!
Bel pulang sekolah adalah surga dunia kedua setelah bel istirahat bagi murid-murid, terutama murid nakal dan malas belajar.
Tapi tidak bagi Tessa, bel pulang adalah hal yang selalu ia hindari setiap hari, tapi apalah daya, waktu itu akan datang setiap harinya.
Pulang ke rumah adalah hal yang sangat ia hindari, makanya dia sangat suka jika kawannya mengajaknya nginap ataupun jalan-jalan, ia hanya ingin menghindari rumah.
Kata orang rumah adalah tempat pulang, tapi tidak bagi Tessa, rumah adalah nerakanya di dunia, ia sangat tidak menyukai rumah. Ia tidak pernah menganggap ia memiliki rumah. Tidak pernah, bahkan dianggap aja gak pernah.
"Tess, gue duluan deh ya, babayyy. Udah ditunggu Reivan soalnya. Babay Tessa sayangg. Babay Vaniaa, Quenzaa, Lauraaa." Carissa melambaikan tangannya pada Tessa lalu keluar dari kelas dengan cepat.
"Gue duluan ya Tess, Za, Lau," kata Vania menyandang tasnya ke bahu lalu keluar dari kelas.
"Gue juga duluan ya, ayah gue udah nelfon dari tadi." Quenza menyaut lalu keluar dari kelas dengan meletakkan HP di telinganya, sepertinya dia sedang menelfon ayahnya.
"Gue duluan Tess," ujar Laura singkat dan berlalu meninggalkan Tessa.
Tessa hanya menghembuskan nafas pasrah, sepertinya tidak ada keberuntungan baginya hari ini, udah hujan, dan kayaknya angkutan umum gak ada yang lewat.
Tapi yasudah lah ya, mau gimana lagi, kalau pake ojek online lebih mahal, sedangkan uangnya tinggal sikit. Gak cukup naik ojol.
Tessa melangkahkan kakinya keluar kelas dan meletakkan tasnya di atas kepala agar terlindungi dari hujan. Hanya itu yang bisa ia lakukan untuk menghindari basah.
Tessa berjalan dengan hati-hati ke halte sekolah, hal inilah yang biasanya ia lakukan setiap hari setelah pulang sekolah, menunggu angkutan umum lewat.
Kadang cepat, kadang lambat, dan kadang juga sampe sore. Tak menentu, tapi kadang juga Quenza mengajaknya pulang bersama.
Tessa meletakkan kedua telapak tangannya di lengan dan menggosok gosokkannya, sepatunya sudah basah, badannya kedinginan terkena percikan air hujan, rambutnya juga sedikit basah.
Mau jalan kaki ke rumah tapi hujannya lebat, kalau nunggu angkutan umum kayanya gak bakalan datang, karna hujan lebat gini jarang ada angkutan umum yang lewat.
Orang juga udah agak sepi, karna udah pulang duluan tadi, Tessa sengaja keluar kelas lama, biar sampe rumahnya juga lama.
"Tessa," panggil seseorang membuat Tessa menoleh, ternyata masih ada juga orang di sini. Dia menggunakan payung ke sini.
"Ya kenapa?" tanyanya pada orang itu.
"Ini, ada yang titip, lo disuruh pake, kedinginan kan?" katanya menyodorkan jaket yang ia pegang.
"Terus ini, payung buat lo," lanjutnya menyodorkan payung yang tadi ia pegang.
"Dari siapa?" tanya Tessa mengambil jaket dan payung itu dari tangan cewek itu.
"Gak boleh di kasih tau katanya." Cewek itu menggeleng.
"Terus balikinnya gimana?" tanya Tessa mengangkat jaket dan payung itu.
"Gak usah dibalikin, itu buat lo," katanya dengan senyuman.
"Yaudah gue duluan. Dipake ya. Sama kalau mau pulang, pulang aja jalan kaki, rumah lo dekat kan? Jangan nunggu di sini, angkutan gak akan ada yang lewat," lanjut orang itu lalu berjalan masuk ke area sekolah dengan payung yang ia pakai tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRISTE [TAMAT]
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP) Ini cerita Albara Samudra, cowok ganteng, irit bicara, cool dan dingin dengan Tessa Kalila, cewek cantik, ceria dan cerewet. Tessa, sejak pertama kali bertemu dengan Bara, Ia langsung menyukainya tapi Bara sama sekali tak ingin...