vote komen duluuu
!!!
"Regaaaaaaal," teriak Pak Broto menggelegar di sepanjang lorong.
"Ampun Pak, bukan saya, tu si Ardhan Pak," jawab Regal sambil menunjuk Ardhan yang sedang memegang sebelah sendal lainnya.
"TAPI KARNA KAMU, COBA AJA KAMU GAK NGELAK TADI. PASTI BAPAK GAK KENA." Pak Broto mendekati Regal dan keempat kawannya.
"SIAPA SURUH KALIAN MAIN LEMPAR SENDAL DI SINI?! KALAU MAU MAIN DI LAPANGAN?! IKUT BAPAK!" ucap Pak Broto sudah sangat marah, ia menari Regal dan Ardhan yang ingin lari itu. Mereka berdua itu suka kabur dari hukuman.
"KALIAN BERTIGA JUGA," ucap Pak Broto memandang Bara, Langit juga Reivan yang ada di belakangnya.
Mereka hanya menarik nafas pasrah lalu mengikuti langkah Pak Broto.
"Bapak mau bawa kami kemana sih. Kenapa pakai palu Pak?" tanya Regal yang masih mengikuti langkah Pak Broto dengan sebelah tangannya yang dipegang oleh Bapak itu dan sebelah tangannya lagi memegang dua palu.
Sedangkan Ardhan memegang paku, Bara memegang meteran, Langit memegang tiga gergaji dan Reivan memegang empat palu. Disuruh ngapain ya kira-kira.
Pak Broto tak menjawab ucapan Regal itu, dia terus membawa kelima anak itu menuju lapangan yang dekat dengan parkiran. Ia menghentikan langkahnya di sana.
Ada beberapa kayu juga papan di sana, ada seng juga, kira-kira mau ngapain mereka. "Ini, kalian buatkan kandang ayam untuk kucing Bapak. Pakai kayu ini." Pak Broto menunjuk kayu itu.
"Lah kok kandang ayam untuk kucing? Gimana ceritanya?" tanya Regal berusaha untuk menahan tawanya.
"Udah kamu kerjakan aja perintah saya." Pak Broto menatap Regal tajam.
"Masa ini sih hukuman kami Pak?" tanya Ardhan tidak setuju dengan hukuman yang Pak Broto berikan itu.
"Dari kemaren saya mengincar murid nakal untuk buatin kandang ayam untuk kucing saya, tapi kalian juga yang saya dapat, yaudah itu derita kalian. Cepat selesaikan, saya tunggu sampai pulang sekolah, nanti mobil pic up nya datang, cepat!" Setelah mengatakan itu, Pak Broto pergi dari sana meninggalkan kelima anak-anak nakal yang saling pandang itu.
"Anjir hukumannya aneh banget sih," keluh Reivan meletakkan empat palu itu di bawah.
"IYA ANJIIIR. APAAN SIH PAK BROTO GAK JELAS, GIMANA COBA CARA BUAT KANDANG, ORANG BELAJAR DI SEKOLAH AJA GAK ADA DIAJARIN ITU," saut Regal duduk di tanah dengan kesal.
"Kalau gak siap kita diapain ni?" tanya Langit seraya duduk di samping regal.
"Gak tau gue. Ah kesal banget gue. Lo sih Dhan, ngapain lempar sendalnya sama gue, udah tau gue hebat menghindar, lempar ke Langit kek," ucap Regal kesal sambil melempar sebelah sendalnya pada Ardhan hingga mengenai kening cowok itu.
"Banyak bacot lo Gal, hebat menghindar apaan." Ardhan kembali melempar sendal itu hingga mengenai jambul kesayangan Regal.
"Jambul gue anjrot, rusaaaaak. BANG BARAAA LIHAT OM ARDHAAAAN, DIA RUSAKIN JAMBUL ADEEEK," adu Regal pada Bara sambil berdiri dan memegang tangan Bara lalu menunjuk Ardhan.
"Mulai lagi tu anak," kata Reivan jengah melihat tingkat Regal itu. Dia itu kalau ada yang rusakin jambul badainya bakalan ngadu ke Bara, tu kayak gitu, sambil pegang tangan Bara lagi, lebay tu anak.
"REGAAAAAL, ARDHAAAAN, LANGIIIIT, REIVAAAAAAN, BARAAAAA. SAYA LIHAT DARI SINIII. CEPAT KERJAKAAN, NGAPAIN MALAH NYANTAI KALIAAAN." Teriakan itu membuat mereka berlima dan semua anak yang ada di lapangan itu menatap ke ujung koridor.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRISTE [TAMAT]
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP) Ini cerita Albara Samudra, cowok ganteng, irit bicara, cool dan dingin dengan Tessa Kalila, cewek cantik, ceria dan cerewet. Tessa, sejak pertama kali bertemu dengan Bara, Ia langsung menyukainya tapi Bara sama sekali tak ingin...