Epilog

1.3K 39 71
                                    

vote komen dulu part akhiiir

!!!

Hari ini, di hari yang cerah berawan ini mereka akan mengantarkan Bara ke tempat peristirahatan terakhirnya. Cowok itu sudah tidak sakit lagi sekarang.

Perlahan, jenazah Bara dikeluarkan dari mobil jenazah ke arah liang lahat yang telah disiapkan sebelumnya.

Reivan mengedarkan pandangannya menyapu tempat yang baru saja mereka pijak beberapa hari lalu karna meninggalnya Papa Bara.

Dan sekarang mereka harus kembali lagi ke sini untuk mengantarkan sahabatnya. Tak pernah terbayangkan oleh Reivan sebelumnya akhirnya akan menjadi seperti ini.

Reivan menepuk pundak Regal yang sedang melamun. "Ayo, kita antar Bara," ujarnya sambil meraih tangan Regal untuk mengikuti langkahnya.

Dengan langkah gontai, Regal berjalan mengikuti tarikan tangan Reivan. Regal benar-benar merasa kehilang Bara.

Sementara Ardhan dan Langit yang mengangkat keranda Bara di sebelah kanan. Dengan pandangan yang kosong mereka berjalan menyusuri pemakaman itu.

Perlahan, jenazah Bara diturunkan ke liang lahat, dan Reivan, Langit juga Ardhan ikut membantu, sementara Regal memandang dari atas untuk menenangkan dirinya terlebih dahulu.

"Bara jangan dikubur, dia belum menginggal," ujar Regal lagi dengan tangis yang pecah, dia masih tak percaya dengan kenyataan ini. Karna tangisan Regal, suasana di pemakaman itu menjadi histeris.

Sementara Tessa, dia sedang diamankan oleh Vania karna dari tadi cewek itu tak henti hentinya memberontak.

"Ba-Bara jangan Bar, belum saatnya dia ma-masuk ke sana, Reivan, belum Van," ujar Tessa dengan tangan yang ditahan oleh Carissa dan Vania.

"Jangan gini Tessa, lo harus bisa terima ini semua!" bentak Quenza. Dia berteriak seperti orang yang sudah kehilangan akal dan tujuannya.

"ENGAK MAU! LEPASIN GUE, GUE MAU LIHAT BARA!" serunya berusaha melepaskan cekalan Carissa dan Vania. Kedua cewek itu bahkan tak kuat lagi memengang tangan Tessa yang terus memberontak.

"Tessa jangan kaya gini Tessa, Bara gak akan tenang nanti," kata Laura sendu, melihat Tessa yang semakin memberontak membuatnya harus menahan sahabatnya itu.

"Bara gak akan pergi Lau, Bara akan tetap sama gue," ujarnya lemah. Dia sudah tak memberontak seperti tadi.

Tangisan mereka tambah pecah melihat Langit dan Ardhan mulai mengubur janazah Bara. Tessa sudah tak kuasa menahan dirinya, dia terjatuh di atas tanah.

"Segini sakitnya melepas orang yang kita sayang untuk selama-lamanya?" tanyanya lemah, dia sudah kehilangan orang yang ia sayang dua kali, pertama Papanya dan kedua Baranya.

Carissa berjongkok lalu mengusap punggung Tessa untuk menenangkan cewek itu. Tessa langsung memeluk Carissa dan menangis di dalam rengkuhan cewek itu.

"Udah Tessa, Bara gak akan sakit lagi, dia gak akan sakit lagi," kata Carissa mengelus lembut punggung Tessa. Badan cewek itu bergetar hebat menahan tangisnya.

Sementara Regal, dia menatap lurus ke gundukan tanah di depannya. Dia menengadahkan kepalanya dan mengangkat tangannya untuk berdoa. "Ya Allah, terimalah semua amal ibadah sahabat hamba, jangan biarkan dia masuk neraka, dia orang baik ya Allah," ujarnya dengan sedih tanpa mengeluarkan air mata lagi.

Langit yang mendengar itu langsung mengepalkan tangannya, berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis dan terisak, tapi semuanya gagal, air matanya mengalir dengan sendirinya, bahkan isakannya kembali terdengar.

TRISTE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang