vote komennya dong omm
!!!
Tessa masuk ke dalam bus, hari ini mereka sudah pulang dan teman duduk mereka diharuskan seperti kemarin. Itu artinya Tessa akan kembali duduk bersama Aldito.
Tessa menaiki bus dengan sedikit pusing, entah kenapa hari ini dia pusing, sepertinya karna kecapean. Tessa memegang kepalanya yang pusing dan sedikit memelankan langkahnya. Untung tidak banyak yang menunggu di belakangnya, kalau saja banyak, pasti mereka demo sekarang.
"Tessa, lo gak papa?" tanya Aldito melihat Tessa sedikit pucat. Tessa menggeleng itu menjawabnya. Merasa itu bukan jawaban yang sebenarnya, Aldito menggendong Tessa ala bridal style ke arah belakang, tempat mereka duduk kemarin.
Tessa kaget dengan perlakuan Aldito yang tiba-tiba ini. "Eh Kak, turunin gue, orang-orang pada lihat ni." Tessa malu, semua pasang mata yang ada di bus itu menatap mereka heran.
"Makanya, siapa suruh bohong, udah jelas sakit kaya gini," sanggah Aldito membuat Tessa langsung terdiam dan menatap muka Aldito dari bawah, Aldito itu orang yang baik, Tessa sudah kenal lama dengan Aldito, tapi kenapa dia gak bisa suka sama Aldito ya? Kenapa harus Bara si cowok super duper cuek itu?
"Gak mau turun? Mau lihat gue terus hm?" kata Aldito membuyarkan lamunan Tessa, Tessa langsung berjalan ke kursinya karna malu, Aldito membuatnya malu.
Aldito berjalan ke arah barang-barang di belakang lalu mencari sesuatu. Setelah dia mendapatkannya, ia memberinya pada Tessa. Obat. "Ini minum, biar gak muntah nanti."
Tessa memandang Aldito sekilas lalu kembali pada obatnya, benar juga kata Aldito, Tessa kalau pusing-pusing gini bisa muntah. "Makasih Kak," ucapnya seraya mengambil obat itu.
Aldito juga memberinya botol air mineral dari bawah kursinya dan memberinya pada Tessa. Semua itu tak lepas dari pandangan Bara, meskiput tetap diam, tapi hatinya tak sejalan dengan pikiran.
Morza yang melihat langsung mengalihkan perhatian Bara kepadanya. "Bar, boleh minta jaket gak? Gue kedinginan," bohongnya, padahal cuaca panas banget woiii.
Bara mengambil jaketnya lalu memberinya pada Morza, tak mengalihkan perhatiannya sedikitpun dari Tessa dan Aldito yang berada di kursi seberang mereka.
"Kalau udah diminum tidur aja ya, perjalanan kita tiga jam loh, nanti lo bisa capek," kata Aldito lagi seraya duduk di bangkunya lalu menarik pelan kepala Tessa agar bersandar di bahunya.
Tessa menolak tapi Aldito tetap memaksanya. "Gapapa, gue gak keberatan kok," ucap Aldito meyakinkan Tessa.
"Tapi Kak, nanti lo mau kemana-mana gimana?" tanya Tessa masih menolak, kawan-kawannya yang ada di kursi depan melihat dan mendengar itu semua. Mereka jadi ingin mencomblangkan Aldito dengan Tessa.
"Cocok banget mereka," kata Carissa pelan pada Vania seraya melihat dan mendengar apa yang mereka katakan, Vania mengangguk setuju.
"Bener banget, dari pada sama Bara yang gak jelas itu. Suka marah-marah, terus galak," sautnya juga mencuri pandang kearah belakang.
"Sumpah gue lebih setuju Tessa sama Aldito, bukan Bara," sambung Quenza yang mendengar pembicaraan mereka berdua, dia mencondongkan badannya ke dua orang itu, kalau bicara sama Laura dia gak akan mau soal cowok.
Bara mendengar itu, itu bukan bisikan, itu sindiran untuknya, terbukti saat Bara melihat ke arah Quenza, dia sedang melayangkan tatapan tajam ke arahnya.
"Gak papa, udah sini aja tidur." Aldito kembali melakukan hal yang sama membuat Tessa pasrah saja, dia memang butuh tidur, karna tadi malam dia gak tidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRISTE [TAMAT]
Ficção Adolescente(PART MASIH LENGKAP) Ini cerita Albara Samudra, cowok ganteng, irit bicara, cool dan dingin dengan Tessa Kalila, cewek cantik, ceria dan cerewet. Tessa, sejak pertama kali bertemu dengan Bara, Ia langsung menyukainya tapi Bara sama sekali tak ingin...