6. Cat

1.3K 635 237
                                    

vote komen dulu

!!!

"Anjirlah, apa sih hukuman kaya gini, gue mending gue disuruh lari." Ardhan mengeluh sambil mengecat bagian kandang ayam itu menggunakan warna biru.

"Gue juga mending bersihin WC anjir," saut Regal seraya mencat bagian lain kandang ayam itu dengan warna merah. Ralat, bukan kandang ayam, tapi kandang kucing.

"Ah udah ah, ngeluh mulu, lajutkan, biar cepat," kata Ardhan dengan santai, lah bukannya dia yang mulai tadi? Apasih ni anak, gak jelas banget.

"Lo yang mulai anjir, lo ngeluh duluan tadi." Regal mengangkat kuas catnya menunjuk Ardhan.

"Wea Gal, santaiii, nanti kena baju gue, warna merah lagi." Ardhan sedikit bergeser ke arah lain agar tidak terkena cat yang berwarna merah itu, Regal kan sengklek, bisa aja dia cat tu bajunya Ardhan. Kan gak mantap.

"Ya makanya lo jangan mulai." Regal menarik kembali tangannya dan melakukan tugasnya kembali.

"Iya lo juga jangan sesian. Gitu aja sensi, heran gue." Ardhan mencat bagiannya dengan kesal, Regal ni buat kesal aja. Tapi emang mereka berdua tu ngeselin.

"Ya lo-"

"Heh kalian berdua kenapa kelahiii, lanjutkan kerja kaliann." Pak Broto ternyata masih memantau dari ujung koridor, bisa-bisanya dengar perseteruan mereka berdua, gak ngajar apa tu bapak?

"Ah, Pak Broto gak ngajar apa? Kenapa lihat kita terus anjir," keluh Ardhan sambil melihat Pak Broto yang berdiri sambil berdecak pinggang melihat mereka.

"Lapor kepsek deh, biar diDO," kata Regal ngaur.

"Apasih lo anjer, guru mana diDO." Sekarang Ardhan yang mengangkat kuasnya ke arah Regal. "Gila lo," lanjutnya.

"Kalian berdua yang gila anjir, dari tadi gak jelas mulu, udah lanjutin aja, biar cepat kita minumnyaaa, tega banget Pak Broto, masa kita gak boleh minum sebelum siap semua," ujar Langit sambil terus mencat bagiannya, pusing tu dengar mereka berdua, gak fokus nanti buat bintang di kandangnya.

Bayangkan aja, Pak Broto suruh mereka lukis langit, yang ada bintangnya, bulannya, mataharinya, terus awannya, tapi harusnya kan warna biru-biru gitu, tapi ini beda, ada kuning, merah, hijau, ungu, pink, ntah gimana yang bapak itu pikirkan. Tapi mereka harus buat gitu, gak mantap hukuman kali ini, gak beruntung mereka.

"Aneh tu guru, bisa-bisanya kita harus berurusan dengan dia." Reivan yang dari tadi diam menyambung. Emang aneh dah, sumpahlah. Ada hukuman murid buatkan kandang ayam untuk kucingnya, apa yang gak aneh coba.

"Baraa, sini gue bantu," kata Tessa yang baru saja menghampiri Bara dan teman-temannya.

"Eh ada Tessa cantik, sini bantu gue aja." Regal melambai lambaikan tangannya ke atas ke bawah untuk memanggil Tessa ke arahnya.

Tessa memandang Regal. "Gak, gue mau bantu Bara aja. Minta sama cewek lain sana," kata Tessa lalu kembali memandang Bara dengan senyuman.

"Biar gue bantu, kayaknya udah capek ni." Tessa mengambil sapu tangan di sakunya dan membersihkan keringat yang bercucuran di wajah Bara.

Bara diam, tak berniat menghalanginya, Tessa jadi senang sendiri kali ini Bara tak menolak perilakunya. Bayangin aja, gini aja Tessa udah senang banget, apalagi kalau jadi pacar Bara.

Tessa meletakkan sapu tangan itu kembali ke sakunya. "Reivan, kuas di mana?" tanya Tessa pada Reivan.

Reivan menunjuk ke arah tumpukan barang-barang. "Itu di sana, cari aja."

TRISTE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang