22. Jambak Jambakan

674 167 130
                                    

vote komennye dulu dong

!!!

"Iya gue tau," kata Bara membuat Tessa langsung pucat, Bara lihat dia dipukul Mamanya? Bara lihat dia jadi babu kemarin? Bara lihat semua? Tessa gak mau orang tau, tessa gak mau lihat orang kasihan padanya.

Dan sekarang, Bara pasti kasihan padanya. Tessa itu gak suka dikasihanin. "Gak usah Bar," tolak Tessa seraya menggeleng, ia kembali duduk membuat Bara yang ingin berjalan ke motornya kembali ke belakang.

"Lo lihat semua dari awal sampai akhir?" tanya Tessa sudah dengan muka waspadanya.

"Iya gue lihat dari awal. Kenapa?"

Tessa langsung menatap jalanan yang sepi. "Gue gak mau lo kasihan sama gue cuma gara-gara itu Bar, gue tau gue gak mampu untuk mendapatkan hak gue, tapi gue gak butuh bantuan orang lain, gue bisa hadapi ini sendiri, dan gue gak mau lo baik sama gue cuma gara-gara ini." Tessa menatap wajah Bara dengan air mata yang sudah terkumpul di pulupuk matanya.

"Gue cuma mau bantuin lo kali ini karna marahnya Mama lo berkaitan dengan gue. Kalau bukan karna gue juga gue gak akan mau bantuin lo. Jangan berharap lebih," ucap Bara jutek membuat air mata yang tadinya ia tahan langsung tumpah begitu saja. Dia lemah jika masalah seperti ini.

Mendengar kata-kata menyakitkan Bara membuat hatinya langsung mencelos, Bara sangat bisa membolak-balikkan hatinya, dia kira Bara memang baik ingin menolongnya, tapi nyatanya enggak sama sekali.

Tessa juga gak butuh bantuan orang lain, Tessa juga gak maksa Bara buat bantuin dia, gak guna juga. Mamanya gak akan bersikap baik padanya, malahan akan tambah marah.

"Kapan lo bisa suka sama gue ya Bar?" kata Tessa menggenti topik pembicaraan. Ia menghapus air matanya lalu menghirup nafas dalam-dalam dan menatap mata Bara.

"Gue gak akan pernah suka sama lo. Lo ngerti gak sih?" ujar Bara sudah dengan amarahnya dan membentak Tessa.

Tessa tersenyum membalas itu. "Kalau belum suka gak papa. Kapan kapan aja. Gue yakin lo pasti suka sama gue besok." Tessa mengambil tasnya dan pergi meninggalkan Bara, mendingan dia jalan kaki aja ke rumahnya.

Suara berat Bara langsung menghentikan langkahnya. "Pede banget lo bakal gue suka."

!!!

"Bara Bara Baraaaaaa." Suara itu lagi mengganggu aktivitas Bara yang sedang menulis di bukunya, memang guru yang barusan mengajar kelasnya sudah keluar dari tadi.

Tessa duduk di bangku sebelah Bara dan melihat apa yang sedang Bara tulis di bukunya. Rumus matematika, pelajaran yang tidak Tessa sukai.

"Bara kantin bareng yok," ajak Tessa dengan cepat, ingin menarik tangan Bara keluar.

"Lo gak lihat gue lagi sibuk?" kata Bara jutek membuat Tessa melepaskan lagi tangan Bara.

"Bar, jadi gak?" tanya Morza yang baru saja beranjak darbangkunya dan menghampiri Bara. Bara langsung membersihkan bukunya dan menarik tangan Morza keluar dari kelas.

Tessa yang melihatnya langsung kesal sendiri, ia mengepalkan tangannya. Padahal dia dulu yang ngajak Bara untuk ke kantin kenapa malah milih Morza.

"Coba aja Morza, pasti dipeduliin. Lah kalau gue? Boro-boro dipeduliin, dilihat aja enggak," ujar Tessa kesal sambil terus menatap punggung Bara yang hilang ditelan pintu dan tangan Bara yang menarik tangan Morza.

TRISTE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang