38. Janji

684 69 65
                                        

vote komennya duluuu

!!!

"Maskipun engkau telah pergi
Mungkin tak kan kembali
Aku di sini
Tetap di sini sayangku
Aku masih rindu padamu
Aku masih sayang padamu
Meski kini cintamu bukan aku.
Biarkan aku menjaga perasaan ini ooo
Menjaga segenap cinta yang telah kau beri
Engkau pergi aku tak kan pergi
Engkau menjauh aku takkan jauh
Sebenarnya diri ku masih mengharapkanmu
Sejujurnya diri ku masih mengharapkanmu
Ku masih mengharapkanmu wahai Achakuu."

Regal mencampurkan dua lagu itu yang sangat menggambarkan keadaannya. Saat dia sedang melihat lihat instagram, ternyata Acha ngepost foto dengan pacar barunya, Ken, itu membuat hati Regal sangat sakit. Dia masih belum terima.

"Perasaan lo galau mulu deh Gal," saut Reivan yang sedang menselonjorkan badannya di lantai bawah brankar Bara, hari sudah malam, dan malam ini mereka berniat tidur untuk menemani Bara di rumah sakit.

"Mana pula, baru kali ini ya," sanggah Regal masih melihat foto Acha itu, entah mengapa Regal masih belum bisa move on dari Acha, Acha itu langka, dia orang yang gak bisa dicari-cari mana-mana, gak banyak orang seperti Acha.

"Salah sendiri Gal, siapa suruh puji cewek lain di depan Acha, kan diputusin," ujar Langit membuat Regal menatapnya tajam, bibirnya bergeser-geser seperti anak kecil yang sedang mengejek orang besar.

Kalian pasti pernah digitukan anak kecil kan, bibirnya dia geser-geserkan, terus matanya natap tajam, gak suka, atau kalian pasti juga pernah gitu.

"Bara," sapa Tessa yang baru saja masuk ke ruangannya, ia menghampiri Bara dengan membawa beberapa buah lalu meletakkannya di atas nakas.

Tadi Bara menyuruh Tessa untuk pulang sore dan mandi dulu di rumah, awalnya Tessa menolak tapi Bara memaksanya, mau tidak mau dia harus menuruti, takut Bara jadi gak tenang nanti.

"Ngit, bawa gue ke taman, mau bicara sama Tessa." Bara memandang Langit yang sedang menscrol tiktoknya, tangannya berhenti menggeser layar itu lalu pandangannya menoleh pada Bara.

"Gak usah Bar, lo istirahat aja di sini," tolah Tessa, dia khawatir dengan keadaan Bara, nanti bisa-bisa Bara jadi drop lagi.

"Lang, tolong lah," ujar Bara lagi mengganti panggilannya untuk Langit, dengan ragu Langit menatap ke Tessa yang sedang mengeleng menunjukkan bahwa dia tidak setuju dengan permintaan Bara.

"Jangan dengarin Tessa, gue cuma mau lihat bintang, bisa jadi besok gue gak bisa lihat bintang lagi," ujar Bara cepat dan memandang lurus ke jendela membuat Tessa langsung menutup mulutnya dengan jari, ingin memberhentikan ucapan Bara tapi dia sudah selesai mengatakannya.

"Jangan bilang gitu Bar," ucap Tessa lembut menatap dalam mata Bara, dia gak kuat kalau udah bicara soal ini, Tessa memandang ke arah lain untuk menahan gejolak di dadanya.

"Lang, tolongin gue lah." Langit dengan sigap langsung meletakkan Bara di atas kursi roda dan mendorongnya menuju taman rumah sakit, untung aja ruangan Bara di bawah, jadi lebih dekat aja.

"Tinggalin gue sama Tessa, nanti geu telfon kalau udah," perintah Bara langsung dituruti Langit, dia berjalan pergi dari sana dengan melihat lihat kebelakang, masih ragu.

"Udah gue gak papa, pergi aja," saut Bara membuat Langit berjalan lurus ke depan. Dia hanya khawatir dengan sahabatnya itu.

Setelah lama berdiam-diaman dan tenggelam dalam pikiran masing-masing, Tessa jadi tidak nyaman, dia gak suka sunyi-sunyi kaya gini, tapi gak tau mulai pembicaraan dari mana.

TRISTE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang