vote komennya bund
!!!
Bara terdiam lemas di depan jenazah Papanya. Tubuhnya sudah terbujur kaku di atas brankar rumah sakit. Teman-temannya dari tadi mengelus dan menenangkannya.
"Ini bukan Papa kan?" ujarnya lemah, dia menatap cowok asisten Papanya itu.
"Ini tuan besar, tuan," ucap cowok itu membuat perhatian Bara kembali pada jenazah di depannya. Dengan kecepatan kilat, Bara menghamburkan pelukan pada Papanya.
"Papa, setelah tujuh tahun kita gak ketemu dan saat ketemu Papa udah kaya gini? Kenapa Papa ninggalin Bara Pa? Kenapa Papa gak ngajak Bara aja? Mama pergi, Papa juga pergi? Terus Bara sama siapa Pa?" Tangis Bara pecah sambil memeluk Papanya.
Tubuh Papanya yang dingin dan dan beku, Bara mendongkakkan kepalanya dan menatap sayu wajah Papanya yang sudah tujuh tahun tak pernah ia lihat lagi.
"Kenapa Papa gak pernah mau ketemu sama Bara Pa? Kenapa Papa larang asisten Papa buat Bara tau di mana Papa? Kenapa Papa lakuin ini semua Pa?" lanjut Bara mendekatkan wajahnya ke wajah Papanya.
"Bara sayang sama Papa," ujar Bara setelah itu tubuhnya langsung ambruk di lantai.
!!!
Bara mengelus batu nisan Papanya, menatap gundukan tanah yang masih baru itu. Cuaca sedang gerimis dan hanya tersisa Bara dan tan temannya di sana.
"Bar, pulang yok Bar," ajak Reivan, cowok itu menggeleng dan menyandarkan kepalanya ke batu nisan itu.
"Ayo kita pulang Bara, besok kita ke sini lagi ya," ujar Regal, Bara tak juga berdiri dari duduknya.
"Buat apa lagi gue hidup? Kalau orang yang pingin gue banggain udah pergi?" ujar Bara lemah. Ardhan mengelus punggung Bara untuk menenangkannya.
"Jangan ngomong gitu Bar, lo masih ada kami, masih ada Tessa juga yang nungguin lo," kata Langit, dia berjongkok di samping Bara.
Bara terkekeh. "Bahkan Tessa udah benci sama gue."
"Gue kasih tau Tessa soal ini ya?" tanya Regal hati hati. Bara memandangnya lalu menggeleng.
"Gak usah, Tessa gak perlu tau," ujar Bara dia kembali menatap makam papanya.
"Kenapa Bar? Dia itu masih pacar lo, dia harus tau semua ini," bantah Reivan , dia berjongkok di seberang Bara.
"Gue gak mau dia khawatir sama gue, biarin aja dia benci sama gue sampai gue gak ada di dunia ini lagi," kata Bara dengan santainya tapi nadanya lemah.
"Lo bicara apa sih Bar, lo itu gak akan ke mana-mana, lo akan terus sama kami," kata Regal tegas, cowok itu tak suka arah pembicaraan Bara.
"Itu mau lo Gal, kita gak bisa lawan takdir, kalau tuhan berkehendak lain, kita bisa apa?" jawab Bara membuat Regal menatapnya nyalang.
"Dari mana lo tau hidup lo gak lama lagi? Lo kan gak tuhan Bar, jadi berhenti bicara kaya gitu. Ayo kita pulang." Regal menarik paksa tangan Bara untuk berdiri karna dia sudah muak mendengar kata-kata Bara.
Dengan paksaan, cowok itu berjalan mengikuti tarikan tangan Regal, tapi tiba-tiba perutnya mual dan kepalanya berat, dia lupa minum obat hari ini.
"BARAA," teriak Langit histeris melihat Bara yang ada di depannya langsung terkapar ke tanah.
!!!
Tessa mengambil HPnya di atas nakas karna dari tadi dia berusaha untuk tidur tapi HPnya selalu berbunyi.

KAMU SEDANG MEMBACA
TRISTE [TAMAT]
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP) Ini cerita Albara Samudra, cowok ganteng, irit bicara, cool dan dingin dengan Tessa Kalila, cewek cantik, ceria dan cerewet. Tessa, sejak pertama kali bertemu dengan Bara, Ia langsung menyukainya tapi Bara sama sekali tak ingin...