vote komennya tann
!!!
"Bara sama gue aja yaaa," ajak Tessa dari tadi di depan Bara, dia tidak mau menyerah, sebelum Bara menjawab dan kembali menolak, anak itu tak akan mau menyerah, sifat keras kepala ayahnya sudah membekas di dirinya sejak anak itu kecil.
Bara masih diam sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana, wajahnya datar seperti biasa sambil melihat ke arah bus berwarna biru di depannya.
Mereka diperbolehkan memasuki bus yang mana pun, tidak ada batas batasnya, dan juga tidak menurut kelas mereka masing-masing. Makanya Tessa memaksa Bara untuk duduk di bus bersamanya.
Memang tujuannya pergi saat ini duduk dengan Bara. Malahan mau berangkatnya juga sama Bara. Tapi Morza sudah mengambil alih keinginannya.
Morza masih berdiri dengan santai di depan Bara, karna dia sudah mengira Bara pasti akan memilihnya untuk duduk bersama, karena Langit dengan Reivan dan Regal dengan Ardhan.
Mereka sudah memasukkan tas mereka ke bagasi bawah bus, memang niat sekali membawa, padahal tak diberi waktu beres-beres kemarin, hanya malam saja mereka berberes. Selama malam itulah mereka tidak tidur, jadi menyiksa badan.
"Baraa," panggil Tessa lagi dengan suara memelasnya, anak ini memang tidak akan menyerah. Bara yang jengah langsung menatap dengan sorot tajam ke arahnya.
"Gak," jawab Bara singkat, padat, dan jelas. Belum juga menyerah, Tessa mengguncang tangan Bara dengan pelan.
"Bara, mau dong, gue sendiri nii," katanya lagi dengan nada meminta. Tessa ini tidak pernah jera untuk membuntuti Bara. Kemanapun Bara pargi pasti dia ikut. Dan pastinya akan memaksa.
"Lo ngerti gak sih kata enggak?" saut Morza yang mulai kesal, Tessa ini sepertinya gak ngerti bahasa manusia. Udah dibilang enggak tapi dia gak ngerti. Kalau enggak tu ya gak boleh.
"Gue gak bicara sama lo." Tessa memandang sinis Morza lalu kembali ke Bara. Bara tetap tak tersentuh, wajahnya datar dan tak mau melihat Tessa.
"Bara, mau yok," ajak Tessa lagi dengan suara khas miliknya. Cempreng pastinya.
"Yok Morza." Bara melepaskan tangan Tessa yang bergantung di tangannya dan menarik tangan Morza untuk masuk ke bus.
Tessa yang melihat hal itu langsung terdiam, hal yang sama juga terjadi kemarin. Apa Bara memang tak pernah menganggapnya ada? Kenapa Bara gak pernah melihatnya sedikitpun? Setidaknya karna Tessa sudah berjuang untuknya, setidaknya untuk menghargai Tessa.
Morza memandang Tessa sebelum masuk bus dengan wajah bahagia dan senyuman kemenangan miliknya. Morza ternyata bukan orang yang baik seperti dulu, Morza sudah berbeda.
Tessa menghembuskan nafas pasrah, dia naik ke bus karna temannya dari tadi sudah naik duluan mengambil tempat di depan katanya, dan Tessa berniat mengajak Bara dulu.
Tessa berjalan di tengah bus sambil melihat kursi yang kosong, di belakang, hanya itu tempat yang kosong, dua buah. Tessa hanya bisa duduk di salah satu kursi itu, dan di seberangnya ada Morza juga Bara.
Ternyata teman-temannya yang katanya ingin mengambil tempat di depan duduknya di depannya. Percuma saja naik cepat-cepat tapi dapat di belakang juga.
"Gue boleh duduk di sini kan?" tanya seseorang membuat Tessa tersadar dari lamunannya, ia menoleh ke kanan. Ada Aldito di sana.
"Eh boleh kak," kata Tessa ramah, kenapa cowok kelas dua belas juga ikut? Bukannya ini untuk kelas sebelas doang ya?
Aldito tersenyum lalu duduk di sebelah Tessa. Tessa membalas senyumannya sebentar lalu beralih ke jendela karna tidak tahan melihat Bara memperlakukan Morza.
KAMU SEDANG MEMBACA
TRISTE [TAMAT]
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP) Ini cerita Albara Samudra, cowok ganteng, irit bicara, cool dan dingin dengan Tessa Kalila, cewek cantik, ceria dan cerewet. Tessa, sejak pertama kali bertemu dengan Bara, Ia langsung menyukainya tapi Bara sama sekali tak ingin...