33. Gue Sayang Sama Lo

566 80 112
                                    

vote komen dulu dong

!!!

"Bara Bara Baraaaa." Suara itu lagi lagi Bara dengar, gak pernah seharipun Bara gak mendengarnya, pasti dia selalu manggil Bara, siapa lagi kalau bukan Tessa.

Tessa manarik tangan Bara lalu menghadapkan badan Bara ke arahnya. Senyuman terbit di bibirnya lalu menatap muka Bara dengan semangat.

Bara tentunya tak peduli, dia tak ingin melihat ke arah Tessa, dan mukanya malas sekarang. "Ngapa?" tanyanya to the point, tidak mau berlama-lama.

"Nanti kawanin ke toko buku mau gak? Mau lah masa enggak? Yakan Baraaaa." Tessa bukan bertanya, tapi mendesak dan memaksa Bara untuk menemaninya ke toko buku.

"Gak," jawab Bara singkat. Saat ia ingin berlalu, Tessa kembali menarik tangannya.

"Ih Bara tunggu dulu ah, mau ya, masa gue jalan kaki sih," ajaknya lagi dengan muka memelas. Bara tetap tak peduli, ia sangat ingin pergi dari sini secepatnya.

"Baraaa, mau yaaaa, pleaseeee," rengeknya dengan muka sangat sangat memohon, jika ada yang melihatnya pasti sangat kasihan padanya, tapi itu tidak berlaku untuk Bara.

Tessa, anak ini tidak pernah menyerah untuk mendapatkannya, apalagi hanya mengajaknya seperti ini, pokoknya Bara harus bilang iya baru dia diam.

"Gue bilang enggak," kata Bara lagi dengan nada yang agak tinggi. Tessa tak juga mempan dengan hal itu, dia kembali menarik-narik tangan Bara.

Entah bagaimana cara agar cewek bersuara cempreng ini gak mengganggunya lagi, Bara sangat merasa terganggu dengan cewek ini, apa-apa pasti Bara, apa-apa Bara. Bara terusss.

"Mau dong Bara, mau lah, kan gue ngajak lo baik-baik. Mau ya Baraa, sekali ini aja kok," paksanya dengan sangat sangat memaksa.

Bara sudah geram dengan cewek ini, rasanya ingin menghajar tapi dia cewek, kalau saja Tessa cowok pasti udah habis di tangan Bara.

"Lo ngerti bahasa manusia? Gue bilang enggak ya enggak." Datar dan dingin serta menusuk dan tatapan tajam, itu yang selalu Tessa dapatkan dari Bara, tapi mengapa dia tak pernah juga menyerah?

"Terus masa gue jalan kaki Bara?" katanya dengan suara lemah, menatap Bara dengan sedih, agar Bara berubah pikiran, tapi tentunya tidak, itu bukan Bara sekali.

"Pergi aja sama Aldito." Nadanya terlihat marah. Tessa tersenyum jahil lalu mendekat dan menunjuk Bara.

"Cemburu yaaa," godanya.

Bara melotot, apa katanya? Cemburu? Bara aja gak suka sama dia. "Ogah," jawabnya singkat, padat, dan jelas.

"Mau dong Bara," ajak Tessa lagi masih belum menyerah. Bara jadi jengah sendiri, dia mau ke WC gak jadi karna ni anak. Dasar pengganggu.

"GUE BILANG ENGGAK YA ENGGAK. LO NGERTI GAK SIH GUE ITU GAK SUKA SAMA LO. JADI JANGAN DIPAKSA," bentaknya dengan kuat membuat Tessa jadi tersentak kaget. Tessa menatap Bara takut.

"Bara, nanti jadi kan." Sebuah tangan mengelus pelan lengan Bara membuat Bara dan Tessa menoleh. Morza dengan senyumannya telah berdiri di samping Bara.

"Jadi," jawab Bara singkat. Morza tersenyum ke arah Tessa dan Tessa, cewek itu sedang menatap keduanya tak percaya. Apakah mereka pacaran? Tessa juga gak tau.

Bara menatap Morza begitu juga dengan Morza, lalu tanpa Tessa duga Morza mencium pipi Bara di depannya, badan Tessa langsung melemas, apalagi mendengar kata-kata mereka.

"Aku sayang kamu Bara," ujar Morza tulus menatap Bara dalam, begitu juga dengan Bara, dia tersenyum membalas perkataan Morza.

"Aku juga."

TRISTE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang