24. Tak Terima

550 153 156
                                    

vote komen dulu

!!!

"DIAM KAMU REGAL. SAYA MAU BILANG BESOK KITA KEMAH." Tiba-tiba lapangan menjadi sepi, semua orang langsung ternganga dengan berita ini. Masa mendadak sekali.

Seketika lapangan langsung menjadi gaduh, mereka langsung berseru tak terima dengan ucapan yang barusan Pak Broto umumkan.

"KOK GITUU."

"MENDADAK BENER."

"KAPAN GUE SIAP-SIAP."

"LIBUR DONG SIAP INI."

"KOK GINI SIH JADINYA."

"KOK MENDADAK PAK," teriak Regal yang sedang kepanasan sambil menutup matanya, arah cahaya matahari ke arah mereka. Mereka dijemur di lapangan.

"BIAR KALIAN GAK MANJA. SAYA GAK MAU KALIAN PERSIAPKAN BARANG YANG ANEH-ANEH. BESOK JAM TUJUH KITA BERANGKAT. YANG TELAT GAK BOLEH NAIK KELAS." Ancaman macam apa itu. Jam tujuh dan telat gak boleh naik kelas? Ini kan bukan pembelajaran, cuma kemah doang.

"KOK GITU SIH PAK." Hanya Regal yang berani melawan Pak Broto, yang lain berani tapi suaranya tak sekeras Regal.

"JANGAN BANYAK CERITA LAGI KALIAN," kata Pak Broto menutup percakapan.

"JADI KAMI BOLEH PULANG KAN PAK?" tanya Regal lagi saat Pak Broto ingin berjalan ke lorong.

"KALIAN TIDAK BOLEH PULANG. TETAP SEKOLAH." Setelah mengatakan itu Pak Broto benar benar pergi dari sana dengan anak anak yang masih berseru tak terima dengan keputusan mendadak ini.

"ANJIR KAPAN GUE SIAP-SIAP KALAU BEGINI."

"KOK MENDADAK BANGET SIH."

"MAUNYA KASIH TAU SEMINGGU SEBELUM ITU KEK."

"KALAU GINI GIMANA JADINYA, GAK DATANG SALAH, TELAT SALAH."

"GUE GAK TAU MAU BAWA APA."

"GUE BAWA BADAN AJA."

"ANJIRLAH TU GURU," seru Regal tak terima dengan muka kesalnya. Mereka masih berdiri di sana karna masih lemas dengan berita itu. Tak boleh pulang untuk siap-siap, terus disuruh datang jam tujuh, kalau telat gak naik kelas? Amcamannya gak mantep banget.

"GUE PINGIN GAK DATANG AH," kata Ardhan melepaskan rangkulannya di bahu Regal lalu melayangkan tangannya ke bawah, kesal.

"GAK NAIK KELAS NTAR LO. TERUS GAK BISA SAMA-SAMA GUE LAGI." Langit menepuk bahu Ardhan dua kali. Ardhan menoleh padanya dan menatap Langit. "Eleh, pede banget lo naik kelas."

"Pingin mati aja gue rasanya." Reivan menjambak rambutnya frustasi lalu menatap Bara yang hanya diam saja dari tadi. "Lo siap Bar?"

"Hm." Hanya itu jawabannya, singkat, padat, dan tidak jelas. Reivan yang bertanya hanya pasrah saja mendengarnya. Bara memang gitu orangnya.

"Bara, lo besok ikut kan? Gue jemput lo di rumah ya." Suara cempreng dari Tessa membuat semua teman Bara yang frustasi itu menoleh padanya.

Katanya dia mau jemput Bara? Gak salah dengar apa? Masa cewek jemput cowok? Gak elit banget. Dasar Tessa.

"Aneh lo Tess, harusnya Bara yang jemput lo, bukan lo yang jemput Bara," ucap Regal berseru tak terima. Mereka masih berdiri di lapangan padahal cuaca panas. Masih gak terima dengan keadaan.

"Ya emang Bara mau jemput gue?" Tessa menatap Bara yang dari tadi hanya diam. Kapan sih Bara tu bicara yang panjang, senyum manis dan menjadi hangat. Kapan sih itu bisa terjadi.

TRISTE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang