14. Morza

819 375 175
                                    

vote komen dulu dong

!!!

"Hai Baraa, eh ada Morza, apa kabar Morza," ujar Tessa dengan ramah ke arah Morza, Morza tersenyum lalu menjawab. "Baik."

"Lo apa kabar Tessa?" tanya Morza pada Tessa. "Baik jugaaa."

"Gue gak ditanya kabarnya ni?" saut Regal memasang muka sedihnya sambil mengambil batagor Ardhan yang masih banyak, dasar gak punya modal, beli sendiri kek.

"Ogah," jawab Tessa dan Morza bersamaan. Regal jadi kesal sendiri lalu kembali memakan makanan Ardhan.

"Woi lo ya, gue masih mau juga, jangan diambil anjir." Ardhan menghempasakan tangan nakal Regal yang kembali ingin mengambil batagornya. Dasar mereka berdua, sama aja.

"Sini duduk sebelah gue," kata Morza menepuk kursi di sebelahnya. Tessa sedikit merasa tidak enak aja, dia ke sini cuma mau lihat Bara kok, bukan mau makan bareng.

"Eh gak usah Morza, gue ke sini mau lihat Bara doang kok, gue makan sama teman-teman gue aja di sana, yaudah gue ke sana dulu ya, dadaaa. Dada Baraaa," tolak Tessa dengan lembut, Tessa melambaikan tangannya pada Bara dengan senyuman tentunya.

Setelah itu ia berjalan ke meja teman temannya dan duduk di tempat yang kosong. Vania dan Quenza sudah memesan makanan tadi. Itu sebabnya dia sudah santai, karna tinggal makan.

"Itu Morza ya Tessa? Gimana? Tambah cantik gak?" tanya Carissa yang sudah penasaran, pasalnya dari tadi dia hanya melihat ke meja Bara, tidak fokus makan.

"Biasa aja kok, ngapa emang lo? Iri?" saut Tessa membuat Carissa berdecak lalu menatap makanannya dan mengambil sendok.

"Bukan iri juga, gue cuma nanya, yakali gue iri, gue cantik kok." Carissa memakan makanannya dengan kesal.

"Eh, dia sama Bara masih sahabatan gak ya?" tanya Quenza yang sangat ingin tahu, harusnya yang ingin tau tu Tessa, bukan dia.

"Masih lah, lo lihat kan mereka dekat. Kalau misalnya enggak sahabatan lagi Bara pasti ngusir dia," kata Vania dengan nada yang ngegas. Dasar tu anak, sensian aja bawaannya.

"Ya kalau sahabatan kasihan Tessa jadinya, lo jadi punya satu penghalang lagi Tess," ujar Quenza membuat Tessa menoleh ke arah Bara dan Morza, mereka begitu akur, dan Bara jadi lebih hangat bila bersama Morza. Coba saja Morza itu Tessa, pasti dia adalah orang yang paling bahagia di dunia ini.

"Kalau itu sih gue gak bisa halangin mereka, mereka udah kenal dari kecil, Bara udah kenal Morza dari masih kecil sementara gue baru, ya gue gak bisa apa apa selain berjuang," ucap Tessa dengan sedikit sedih.

"Tugas gue di sini cuma mencintai Bara, dan Bara berhak cari kabagiaan dia sendiri, mau itu sama Siska? Atau Morza? Atau gue? Atau siapa pun yang ada di dunia ini," lanjutnya sambil menatap Bara.

"Dan untuk melengkapi tugas gue itu, gue harus berjuang juga, karna Bara masih jomblo, belum punya pacar," lanjutnya dengan senyuman menatap kembali makanannya.

"Dasar Tessa, coba deh lo suka orang lain, kaya suka sama ketua osis atau suka sama ketua melukis lo, atau orang lain, yang penting jangan Bara si dingin deh." Vania geleng-geleng kepala melihat kelakuan Tessa, dia juga sedikit tidak setuju Tessa menyukai Bara dan berjuang untuk anak dingin itu.

TRISTE [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang